BAB 12.
MENGANJURKAN UNTUK MENAMBAH-NAMBAH KEBAIKANPADA AKHIR-AKHIR USIA/UMUR.
Allah Ta'ala berfirman:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
wahum yastharikhuuna fiihaa rabbanaa akhrijnaa na'mal shaalihan ghayra alladzii kunnaa na'malu awa lam nu'ammirkum maa yatadzakkaru fiihi man tadzakkara wajaa-akumu alnnadziiru fadzuuquu famaa lilzhzhaalimiina min nashiirin
"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun."
They shall cry therein for help: ‘Our Lord! Bring us out, so that we may act righteously —different from what we used to do!’ ‘Did We not give you a life long enough that one who is heedful might take admonition? And [moreover] the warner had [also] come to you. Now taste [the consequence of your deeds], for the wrongdoers have no helper.’
(QS. Faathir [35]:37)
Ibnu Abbas serta para muhaqqiq - ahli penyelidik agama -mengatakan bahwa artinya umur cukup itu ialah: Bukankah Kami telah memberikan padamu semua umur sampai enampuluh tahun. Penegasan ini dikuatkan pula oleh Hadis yang akan kami sebutkan di belakang Insya Allah.
Diterangkan pula oleh ulama-ulama yang lain bahwa maknanya itu ialah delapanbelas tahun. Ada pula yang mengatakan empatpuluh tahun. Keterangan ini diucapkan oleh Al-hasan, Alkalbi dan Masruq, juga dikutip dari keterangan Ibnu Abbas yang lain. Mereka itu mengutip pula bahwa para ahli Madinah, apabila seseorang dari mereka itu telah mencapai umur empat puluh tahun, maka selalulah ia menghabiskan waktunya untuk beribadat. Ada pula yang mengatakan bahwa umur cukup itu artinya ialah jikalau telah baligh.
Adapun firman Allah Ta'ala yang artinya: "Telah pula datang padamu semua seorang yang bertugas memberikan peringatan." Ibnu Abbas dan Jumhur ulama mengatakan bahwa yang dimaksud itu ialah Nabi s.a.w. Ada lagi yang menerangkan bahwa maksudnya itu ialah adanya uban. Ini diucapkan oleh 'Ikrimah, Ibnu 'Uyainah dan lain-lainnya.
Wallahu a'lam.
Adapun Hadist-hadistnya, adalah
PERTAMA
Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported:
The Prophet (ﷺ) said, "Allah excuses and grants forgiveness to a person until he attains the age of sixty years".
[Al- Bukhari].
وأما الأحاديث فالأول: عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " أعذر الله إلى امرئ أخر أجله حتى بلغ ستين سنة" ((رواه البخاري)).
Dari Abu Hurairah r.a. dari
Nabi s.a.w., sabdanya:
"Allah tetap menerima uzur - alasan - seseorang yang diakhirkan ajalnya, sehingga ia berumur enampuluh tahun."
(Riwayat Bukhari)
Para ulama berkata bahwa maknanya itu ialah Allah tidak akan membiarkan - tidak menerima - uzur seseorang yang sudah berumur enampuluh tahun itu, sebab telah dilambatkan oleh Allah sampai masa yang setua itu.
Dikatakan: Azarar rajulu: apabila ia sangat banyak mengemukakan keuzurannya.
KE·DUA
Ibn 'Abbas (May Allah be pleased with them) said:
'Umar (May Allah be pleased with him) used to make me sit with the noble elderly men who had participated in the battle of Badr. Some of them disliked it and said to 'Umar: "Why do you bring in this boy to sit with us when we have sons like him?" 'Umar replied: "Because of the status he has, which you already know about (i.e., belongs to the source of knowledge and the house of the Prophet (ﷺ))." One day, 'Umar called me and seated me in the gathering of those people; and I think that he called me just to show them (of my religious knowledge). 'Umar then questioned them (in my presence). "How do you interpret the ayah of Allah: 'When there comes the Help of Allah (to you, O Muhammad (ﷺ) against your enemies) and the Conquest (of Makkah)."' Someone said that when Allah's Help and the Conquest (of Makkah) came to us, we were called upon to celebrate the Praise of Allah and ask for His forgiveness. Some others remained silent and did not utter a word. Thereupon 'Umar asked me: "Ibn 'Abbas! Do you say the same." I replied: "No". He said: "What do you say then?" I replied: "That is the sign of the Prophet's death about which he had been informed. Allah, the Exalted, says:
'When there comes the help of Allah (to you, O Muhammad (ﷺ) against your enemies) and the Conquest (of Makkah)'.
So declare the remoteness of your Rubb from every imperfection, and ask for His forgiveness. Verily, He is the One Who accepts the repentance and Who forgives".
On that 'Umar (May Allah be pleased with him) said: "I do not know anything about it other than what you have said".
[Al- Bukhari]
الثاني: عن ابن عباس، رضي الله عنهما، قال: كان عمر رضي الله عنه يدخلني مع أشياخ بدر، فكأن بعضهم وجد في نفسه فقال: لم يدخل هذا معنا ولنا أبناء مثله!؟ فقال عمر: إنه من حيث علمتم! فدعاني ذات يوم فأدخلني معهم، فما رأيت أنه دعانى يومئذ إلا ليريهم قال: ما تقولون في قول الله تعالى: {إذا جاء نصر الله والفتح؟) ((النصر:1)) فقال بعضهم: أمرنا نحمد الله ونستغفره إذا نصرنا وفتح علينا. وسكت بعضهم فلم يقل شيئاً. فقال لي: أكذلك تقول يا ابن عباس؟ فقلت: لا. قال فما تقول؟ قلت: هو أجل رسول الله صلى الله عليه وسلم، أعلمه له قال: {إذاجاء نصر الله والفتح} وذلك علامة أجلك {فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان تواباً} ((الفتح: 3)) فقال عمر رضي الله عنه: ما أعلم منها إلا ما تقول. ((رواه البخاري)).
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Umar r.a. memasukkan diriku [11] dalam barisan sahabat-sahabat tua yang pernah mengikuti perang Badar.
Maka sebagian orang-orang tua itu seolah-olah ada yang merasakan tidak enak dalam jiwanya, lalu berkata: "Mengapa orang ini masuk beserta kita, sedangkan kita mempunyai anak-anak yang sebaya umurnya dengan dia?" Umar kemudian menjawab: "Sebenarnya dia itu sebagaimana yang engkau semua ketahui," - maksudnya bahwa Ibnu Abbas itu diasuh dalam rumah kenabian dan ia adalah sumber ilmu pengetahuandan berbagai pendapat yang tepat."
Selanjutnya pada suatu hari Umar memanggil saya, lalu memasukkan saya bersama-sama dengan para orang tua di atas. Saya tidak mengerti bahwa Umar memanggil saya pada hari itu, melainkan hanya untuk memperlihatkan keadaan saya kepada mereka itu. Umar itu berkata: "Bagaimanakah pendapat saudara-saudara mengenai firman Allah - yang artinya: "Jikalau telah datang pertolongan Allah dan kemenangan."
Maka sebagian para sahabat tua-tua itu berkata: "Maksudnya ialah kita diperintah supaya memuji kepada Allah serta memohonkan pengampunan daripadaNya jikalau kita diberi pertolongan serfa kemenangan."
Sebagian mereka yang lain diam saja dan tidak mengucapkan sepatah katapun.
Umar lalu berkata kepadaku: "Adakah demikian itu pula pendapatmu, hai Ibnu Abbas?" Saya lalu menjawab: "Tidak." Umar bertanya lagi: "Jadi bagaimanakah pendapatmu?" Saya menjawab: "Itu adalah menunjukkan tentang ajal Rasulullah s.a.w., Allah telah memberi tahukan pada beliau tentang dekat tibanya ajal itu.
Jadi Allah berfirman - yang artinya:
"Jikalau telah datang pertolongan dari Allah serta kemenangan, maka yang sedemikian itu adalah sebagai tanda datangnya ajalmu. Oleh sebab itu maka memaha-sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan padaNya, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima taubat."
Umar r.a. lalu berkata: "Memang, saya sendiri tidak mempunyai pendapat selain daripada seperti apa yang telah engkau ucapkan itu."
(HR. Bukhari)
KE·TIGA
' Aishah (May Allah be pleased with her) said:
After the revelation of (the Surah) "When the Help of Allah comes (to you, O Muhammad (ﷺ) against your enemies) and the Conquest (of Makkah)" (110:1), Messenger of Allah (ﷺ) used to recite in every prayer: "Subhanaka Rabbana wa bihamdika, Allahum-maghfir li (Far removed You are from every imperfection, our Rubb, and all praise is for You, forgive me, O Allah)".
[Al-Bukhari and Muslim].
Another narration is: Messenger of Allah (ﷺ) recited frequently in bowing and prostration: "Subhanaka Rabbana wa bihamdika, Allahum-maghfir li. (Far removed You are from every imperfection, our Rubb, and all praise is for You, forgive me, O Allah)". He elucidated that it has been commanded in the Noble Qur'an to recite: "So glorify the Praises of your Rubb, and ask for His forgiveness. Verily, He is the One Who accepts the repentance and Who forgives". (V.110:1) And he (the Messenger of Allah) acted upon it.
According to the narration in Muslim, Messenger of Allah (ﷺ) frequently recited these words just before he passed away: "Subhanaka Rabbana wa bihamdika. Astaghfiruka wa atubu ilaika." I ('Aishah (May Allah be pleased with her) asked him: "O Messenger of Allah! What are these new words which I hear from you repeatedly." He replied, "A sign has been appointed for me relating to my people that I should repeat these words at the sight of that sign". Then he recited Surat An-Nasr.
Another narration in Muslim related from 'Aishah (May Allah be pleased with her) is: Messenger of Allah (ﷺ) often recited, "Glory be to Allah and praise be to Him; I seek forgiveness of Allah and turn to Him in repentance." I said to him: "O Messenger of Allah, I hear you recite frequently: 'O Allah, You are free from every imperfection our Rubb and all praise is for You; I seek forgiveness of Allah and turn to Him in repentance."' He replied, "My Rubb has informed me that I would soon see a sign regarding my people, whenever I see it, I repeat this statement more often (of His Glorification and Praise and beg pardon of Him and turn to Him). Now I have witnessed the sign. The revelation of Surat An-Nasr and the victory is the conquest of Makkah."
"When there comes the Help of Allah (to you, O Muhammad (ﷺ) against your enemies) and the Conquest (of Makkah). And you see that the people enter Allah's religion (Islam) in crowds. So glorify the Praises of your Rubb, and ask His forgiveness. Verily, He is the One Who accepts the repentance and Who forgives." (110:1-3)
الثالث: عن عائشة رضي الله عنها قالت: ما صلى رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاة بعد أن نزلت عليه { إذا جاء نصر الله والفتح} إلا يقول فيها: " سبحانك ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي" ((متفق عليه)).
وفي رواية في الصحيحين" عنها: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر أن يقول في ركوعه وسجوده: "سبحانك اللهم ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي" يتأول القرآن.
وفي رواية لمسلم: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر أن يقول قبل أن يموت: "سبحانك اللهم وبحمدك، أستغفرك وأتوب إليك". قالت عائشة: قلت: يا رسول الله ما هذه الكلمات التي أراك أحدثتها تقولها؟ قال: "جعلت لي علامة في أمتي إذا رأيتها قلتها {إذا جاء نصر الله والفتح} إلى آخر السورة".
وفي رواية له: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر من قول: "سبحان الله وبحمده، أستغفر الله وأتوب إليه". قالت: قلت: يا رسول الله! أراك تكثر من قول: سبحان الله وبحمده، أستغفر الله وأتوب إليه؟ فقال: "أخبرني ربي أني سأرى علامة في أمتي فإذا رأيتها أكثرت من قول: سبحان الله وبحمده، أستغفر الله وأتوب إليه، فقد رأيتها: {إذا جاء نصر الله والفتح} فتح مكة، {ورأيت الناس يدخلون في دين الله أفواجاً، فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان تواباً}.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Tidaklah Rasulullah s.a.w. bersembahyang sesuatu shalat setelah turunnya ayat: Idza ja-a nashrullahi walfathu - Apabila telah tiba pertolongan dari Allah dan kemenangan, melainkan dalam shalatnya itu selalu mengucapkan: Subhanaka rabbana wa bihamdik. Allahummaghfirli - Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah berilah pengampunan padaku."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat yang tertera dalam kedua kitab shahih - yakni Bukhari dan Muslim, disebutkan dari Aisyah pula demikian: "Rasulullah s.a.w. itu memperbanyakkan ucapannya dalam ruku' dan sujudnya yaitu:
Subhanakallahumma rabbana wa bihamdika, Allahummaghf'ir Hi
(Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah, berikanlah pengampunan padaku)
Beliau mengamalkan benar-benar apa-apa yang menjadi isi al-Quran.
Makna: Yata-awwalul Quran ialah mengamalkan apa-apa yang diperintahkan pada beliau itu yang tersebut dalam Al-Quran, yakni dalam firman Allah Ta'ala: Fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, artinya: Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada TuhanMu dan mohonlah pengampunan kepadaNya.
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Rasulullah s.a.w. itu memperbanyak ucapannya sebelum wafatnya, yaitu:
SUBHANAKA WA BIHAMDIKA,
ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK
(Maha Suci Engkau dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu, saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaMu)
Aisyah berkata: Saya berkata: "Hai Rasulullah, apakah artinya kalimat-kalimat yang saya lihat Tuan baru mengucapkannya itu?"
Beliau s.a.w. bersabda:
"Itu dijadikan sebagai alamat bagiku untuk ummatku, jikalau saya telah melihat alamat tersebut. Itu saya ucapkan apabila telah datang pertolongan dari Allah dan kemenangan."
Beliau membaca surat an-Nashr itu sampai selesai.
Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan:
"Rasulullah s.a.w. memperbanyakkan ucapan:
"Subhanaka wa bihamdika, astaghfiruka wa atubu ilaik"
(Maha Suci Engkau dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu, saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaMu)
Aisyah berkata: Saya berkata: "Ya Rasulullah, saya lihat Tuan selalu memperbanyak ucapan: Subhanallah wa bihamdih, astaghfirullah wa atubu ilaih."
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Tuhanku telah memberitahukan kepadaku bahwasanya aku akan melihat sesuatu alamat untuk ummatku. Jikalau saya melihatnya itu, maka aku memperbanyakkan ucapan Subhanallah wa bihamdih astaghfirullah wa atubu ilaih. Kini aku telah melihat alamat tersebut, yaitu jikalau telah datang pertolongan Allah dan kemenangan yakni dengan dibebaskannya kota Mekkah. Dan engkau melihat para manusia masuk dalam agama Allah dengan berduyun-duyun. Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan kepadaNya, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima taubat."
KE·EMPAT
Anas (May Allah be pleased with him) said:
Allah the Rubb of honour and glory sent Revelation to His Messenger (ﷺ) more frequently before his death than at any other time.
[Al-Bukhari and Muslim].
الرابع؛: عن أنس رضي الله عنه قال: إن الله عز وجل تابع الوحي على رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل وفاته، حتى توفي أكثر ما كان الوحي". ((متفق عليه)).
Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla senantiasa mengikutkan terus-sambung menyambung - dalam menurunkan wahyu kepada Rasulullah s.a.w. sebelum wafatnya sehingga beliau itu wafat, di situlah sebagian besar wahyu diturunkan."
(Muttafaq 'alaih)
KE·LIMA
Jabir (May Allah be pleased with him) said:
The Prophet (ﷺ) said, "Every one will be raised in the condition in which he dies".
[Muslim].
الخامس: عن جابر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "يبعث كل عبد على ما مات عليه". ((رواه مسلم)).
116. Dari Jabir r.a., katanya:
Nabi s.a.w. bersabda:
"Dibangkitkan setiap hamba itu - dari kuburnya, menurut apa yang ia mati atasnya."
(Riwayat Muslim)
Keterangan:
MENGANJURKAN UNTUK MENAMBAH-NAMBAH KEBAIKANPADA AKHIR-AKHIR USIA/UMUR.
Allah Ta'ala berfirman:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
wahum yastharikhuuna fiihaa rabbanaa akhrijnaa na'mal shaalihan ghayra alladzii kunnaa na'malu awa lam nu'ammirkum maa yatadzakkaru fiihi man tadzakkara wajaa-akumu alnnadziiru fadzuuquu famaa lilzhzhaalimiina min nashiirin
"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun."
They shall cry therein for help: ‘Our Lord! Bring us out, so that we may act righteously —different from what we used to do!’ ‘Did We not give you a life long enough that one who is heedful might take admonition? And [moreover] the warner had [also] come to you. Now taste [the consequence of your deeds], for the wrongdoers have no helper.’
(QS. Faathir [35]:37)
Ibnu Abbas serta para muhaqqiq - ahli penyelidik agama -mengatakan bahwa artinya umur cukup itu ialah: Bukankah Kami telah memberikan padamu semua umur sampai enampuluh tahun. Penegasan ini dikuatkan pula oleh Hadis yang akan kami sebutkan di belakang Insya Allah.
Diterangkan pula oleh ulama-ulama yang lain bahwa maknanya itu ialah delapanbelas tahun. Ada pula yang mengatakan empatpuluh tahun. Keterangan ini diucapkan oleh Al-hasan, Alkalbi dan Masruq, juga dikutip dari keterangan Ibnu Abbas yang lain. Mereka itu mengutip pula bahwa para ahli Madinah, apabila seseorang dari mereka itu telah mencapai umur empat puluh tahun, maka selalulah ia menghabiskan waktunya untuk beribadat. Ada pula yang mengatakan bahwa umur cukup itu artinya ialah jikalau telah baligh.
Adapun firman Allah Ta'ala yang artinya: "Telah pula datang padamu semua seorang yang bertugas memberikan peringatan." Ibnu Abbas dan Jumhur ulama mengatakan bahwa yang dimaksud itu ialah Nabi s.a.w. Ada lagi yang menerangkan bahwa maksudnya itu ialah adanya uban. Ini diucapkan oleh 'Ikrimah, Ibnu 'Uyainah dan lain-lainnya.
Wallahu a'lam.
Adapun Hadist-hadistnya, adalah
PERTAMA
Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported:
The Prophet (ﷺ) said, "Allah excuses and grants forgiveness to a person until he attains the age of sixty years".
[Al- Bukhari].
وأما الأحاديث فالأول: عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " أعذر الله إلى امرئ أخر أجله حتى بلغ ستين سنة" ((رواه البخاري)).
Dari Abu Hurairah r.a. dari
Nabi s.a.w., sabdanya:
"Allah tetap menerima uzur - alasan - seseorang yang diakhirkan ajalnya, sehingga ia berumur enampuluh tahun."
(Riwayat Bukhari)
Para ulama berkata bahwa maknanya itu ialah Allah tidak akan membiarkan - tidak menerima - uzur seseorang yang sudah berumur enampuluh tahun itu, sebab telah dilambatkan oleh Allah sampai masa yang setua itu.
Dikatakan: Azarar rajulu: apabila ia sangat banyak mengemukakan keuzurannya.
KE·DUA
Ibn 'Abbas (May Allah be pleased with them) said:
'Umar (May Allah be pleased with him) used to make me sit with the noble elderly men who had participated in the battle of Badr. Some of them disliked it and said to 'Umar: "Why do you bring in this boy to sit with us when we have sons like him?" 'Umar replied: "Because of the status he has, which you already know about (i.e., belongs to the source of knowledge and the house of the Prophet (ﷺ))." One day, 'Umar called me and seated me in the gathering of those people; and I think that he called me just to show them (of my religious knowledge). 'Umar then questioned them (in my presence). "How do you interpret the ayah of Allah: 'When there comes the Help of Allah (to you, O Muhammad (ﷺ) against your enemies) and the Conquest (of Makkah)."' Someone said that when Allah's Help and the Conquest (of Makkah) came to us, we were called upon to celebrate the Praise of Allah and ask for His forgiveness. Some others remained silent and did not utter a word. Thereupon 'Umar asked me: "Ibn 'Abbas! Do you say the same." I replied: "No". He said: "What do you say then?" I replied: "That is the sign of the Prophet's death about which he had been informed. Allah, the Exalted, says:
'When there comes the help of Allah (to you, O Muhammad (ﷺ) against your enemies) and the Conquest (of Makkah)'.
So declare the remoteness of your Rubb from every imperfection, and ask for His forgiveness. Verily, He is the One Who accepts the repentance and Who forgives".
On that 'Umar (May Allah be pleased with him) said: "I do not know anything about it other than what you have said".
[Al- Bukhari]
الثاني: عن ابن عباس، رضي الله عنهما، قال: كان عمر رضي الله عنه يدخلني مع أشياخ بدر، فكأن بعضهم وجد في نفسه فقال: لم يدخل هذا معنا ولنا أبناء مثله!؟ فقال عمر: إنه من حيث علمتم! فدعاني ذات يوم فأدخلني معهم، فما رأيت أنه دعانى يومئذ إلا ليريهم قال: ما تقولون في قول الله تعالى: {إذا جاء نصر الله والفتح؟) ((النصر:1)) فقال بعضهم: أمرنا نحمد الله ونستغفره إذا نصرنا وفتح علينا. وسكت بعضهم فلم يقل شيئاً. فقال لي: أكذلك تقول يا ابن عباس؟ فقلت: لا. قال فما تقول؟ قلت: هو أجل رسول الله صلى الله عليه وسلم، أعلمه له قال: {إذاجاء نصر الله والفتح} وذلك علامة أجلك {فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان تواباً} ((الفتح: 3)) فقال عمر رضي الله عنه: ما أعلم منها إلا ما تقول. ((رواه البخاري)).
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Umar r.a. memasukkan diriku [11] dalam barisan sahabat-sahabat tua yang pernah mengikuti perang Badar.
[11] Maksudnya memasukkan diriku (yakni Ibnu Abbas) di kalangan golongan
orang-orang yang sudah tua-tua yang pernah mengikuti peperangan Badar
dahulu, untuk diajak bermusyawwarat atau memecahkan persoalan-persoalan
yang penting. Padahal Ibnu Abbas (namanya sendiri Abdullah) adalah
seorang pemuda. Oleh sebab itu di antara orang tua-tua itu ada yang
tidak enak hati atau marah-marah.
Maka sebagian orang-orang tua itu seolah-olah ada yang merasakan tidak enak dalam jiwanya, lalu berkata: "Mengapa orang ini masuk beserta kita, sedangkan kita mempunyai anak-anak yang sebaya umurnya dengan dia?" Umar kemudian menjawab: "Sebenarnya dia itu sebagaimana yang engkau semua ketahui," - maksudnya bahwa Ibnu Abbas itu diasuh dalam rumah kenabian dan ia adalah sumber ilmu pengetahuandan berbagai pendapat yang tepat."
Selanjutnya pada suatu hari Umar memanggil saya, lalu memasukkan saya bersama-sama dengan para orang tua di atas. Saya tidak mengerti bahwa Umar memanggil saya pada hari itu, melainkan hanya untuk memperlihatkan keadaan saya kepada mereka itu. Umar itu berkata: "Bagaimanakah pendapat saudara-saudara mengenai firman Allah - yang artinya: "Jikalau telah datang pertolongan Allah dan kemenangan."
Maka sebagian para sahabat tua-tua itu berkata: "Maksudnya ialah kita diperintah supaya memuji kepada Allah serta memohonkan pengampunan daripadaNya jikalau kita diberi pertolongan serfa kemenangan."
Sebagian mereka yang lain diam saja dan tidak mengucapkan sepatah katapun.
Umar lalu berkata kepadaku: "Adakah demikian itu pula pendapatmu, hai Ibnu Abbas?" Saya lalu menjawab: "Tidak." Umar bertanya lagi: "Jadi bagaimanakah pendapatmu?" Saya menjawab: "Itu adalah menunjukkan tentang ajal Rasulullah s.a.w., Allah telah memberi tahukan pada beliau tentang dekat tibanya ajal itu.
Jadi Allah berfirman - yang artinya:
"Jikalau telah datang pertolongan dari Allah serta kemenangan, maka yang sedemikian itu adalah sebagai tanda datangnya ajalmu. Oleh sebab itu maka memaha-sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan padaNya, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima taubat."
Umar r.a. lalu berkata: "Memang, saya sendiri tidak mempunyai pendapat selain daripada seperti apa yang telah engkau ucapkan itu."
(HR. Bukhari)
KE·TIGA
' Aishah (May Allah be pleased with her) said:
After the revelation of (the Surah) "When the Help of Allah comes (to you, O Muhammad (ﷺ) against your enemies) and the Conquest (of Makkah)" (110:1), Messenger of Allah (ﷺ) used to recite in every prayer: "Subhanaka Rabbana wa bihamdika, Allahum-maghfir li (Far removed You are from every imperfection, our Rubb, and all praise is for You, forgive me, O Allah)".
[Al-Bukhari and Muslim].
Another narration is: Messenger of Allah (ﷺ) recited frequently in bowing and prostration: "Subhanaka Rabbana wa bihamdika, Allahum-maghfir li. (Far removed You are from every imperfection, our Rubb, and all praise is for You, forgive me, O Allah)". He elucidated that it has been commanded in the Noble Qur'an to recite: "So glorify the Praises of your Rubb, and ask for His forgiveness. Verily, He is the One Who accepts the repentance and Who forgives". (V.110:1) And he (the Messenger of Allah) acted upon it.
According to the narration in Muslim, Messenger of Allah (ﷺ) frequently recited these words just before he passed away: "Subhanaka Rabbana wa bihamdika. Astaghfiruka wa atubu ilaika." I ('Aishah (May Allah be pleased with her) asked him: "O Messenger of Allah! What are these new words which I hear from you repeatedly." He replied, "A sign has been appointed for me relating to my people that I should repeat these words at the sight of that sign". Then he recited Surat An-Nasr.
Another narration in Muslim related from 'Aishah (May Allah be pleased with her) is: Messenger of Allah (ﷺ) often recited, "Glory be to Allah and praise be to Him; I seek forgiveness of Allah and turn to Him in repentance." I said to him: "O Messenger of Allah, I hear you recite frequently: 'O Allah, You are free from every imperfection our Rubb and all praise is for You; I seek forgiveness of Allah and turn to Him in repentance."' He replied, "My Rubb has informed me that I would soon see a sign regarding my people, whenever I see it, I repeat this statement more often (of His Glorification and Praise and beg pardon of Him and turn to Him). Now I have witnessed the sign. The revelation of Surat An-Nasr and the victory is the conquest of Makkah."
"When there comes the Help of Allah (to you, O Muhammad (ﷺ) against your enemies) and the Conquest (of Makkah). And you see that the people enter Allah's religion (Islam) in crowds. So glorify the Praises of your Rubb, and ask His forgiveness. Verily, He is the One Who accepts the repentance and Who forgives." (110:1-3)
الثالث: عن عائشة رضي الله عنها قالت: ما صلى رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاة بعد أن نزلت عليه { إذا جاء نصر الله والفتح} إلا يقول فيها: " سبحانك ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي" ((متفق عليه)).
وفي رواية في الصحيحين" عنها: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر أن يقول في ركوعه وسجوده: "سبحانك اللهم ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي" يتأول القرآن.
وفي رواية لمسلم: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر أن يقول قبل أن يموت: "سبحانك اللهم وبحمدك، أستغفرك وأتوب إليك". قالت عائشة: قلت: يا رسول الله ما هذه الكلمات التي أراك أحدثتها تقولها؟ قال: "جعلت لي علامة في أمتي إذا رأيتها قلتها {إذا جاء نصر الله والفتح} إلى آخر السورة".
وفي رواية له: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر من قول: "سبحان الله وبحمده، أستغفر الله وأتوب إليه". قالت: قلت: يا رسول الله! أراك تكثر من قول: سبحان الله وبحمده، أستغفر الله وأتوب إليه؟ فقال: "أخبرني ربي أني سأرى علامة في أمتي فإذا رأيتها أكثرت من قول: سبحان الله وبحمده، أستغفر الله وأتوب إليه، فقد رأيتها: {إذا جاء نصر الله والفتح} فتح مكة، {ورأيت الناس يدخلون في دين الله أفواجاً، فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان تواباً}.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Tidaklah Rasulullah s.a.w. bersembahyang sesuatu shalat setelah turunnya ayat: Idza ja-a nashrullahi walfathu - Apabila telah tiba pertolongan dari Allah dan kemenangan, melainkan dalam shalatnya itu selalu mengucapkan: Subhanaka rabbana wa bihamdik. Allahummaghfirli - Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah berilah pengampunan padaku."
(Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat yang tertera dalam kedua kitab shahih - yakni Bukhari dan Muslim, disebutkan dari Aisyah pula demikian: "Rasulullah s.a.w. itu memperbanyakkan ucapannya dalam ruku' dan sujudnya yaitu:
Subhanakallahumma rabbana wa bihamdika, Allahummaghf'ir Hi
(Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah, berikanlah pengampunan padaku)
Beliau mengamalkan benar-benar apa-apa yang menjadi isi al-Quran.
Makna: Yata-awwalul Quran ialah mengamalkan apa-apa yang diperintahkan pada beliau itu yang tersebut dalam Al-Quran, yakni dalam firman Allah Ta'ala: Fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, artinya: Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada TuhanMu dan mohonlah pengampunan kepadaNya.
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Rasulullah s.a.w. itu memperbanyak ucapannya sebelum wafatnya, yaitu:
SUBHANAKA WA BIHAMDIKA,
ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK
(Maha Suci Engkau dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu, saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaMu)
Aisyah berkata: Saya berkata: "Hai Rasulullah, apakah artinya kalimat-kalimat yang saya lihat Tuan baru mengucapkannya itu?"
Beliau s.a.w. bersabda:
"Itu dijadikan sebagai alamat bagiku untuk ummatku, jikalau saya telah melihat alamat tersebut. Itu saya ucapkan apabila telah datang pertolongan dari Allah dan kemenangan."
Beliau membaca surat an-Nashr itu sampai selesai.
Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan:
"Rasulullah s.a.w. memperbanyakkan ucapan:
"Subhanaka wa bihamdika, astaghfiruka wa atubu ilaik"
(Maha Suci Engkau dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu, saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaMu)
Aisyah berkata: Saya berkata: "Ya Rasulullah, saya lihat Tuan selalu memperbanyak ucapan: Subhanallah wa bihamdih, astaghfirullah wa atubu ilaih."
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Tuhanku telah memberitahukan kepadaku bahwasanya aku akan melihat sesuatu alamat untuk ummatku. Jikalau saya melihatnya itu, maka aku memperbanyakkan ucapan Subhanallah wa bihamdih astaghfirullah wa atubu ilaih. Kini aku telah melihat alamat tersebut, yaitu jikalau telah datang pertolongan Allah dan kemenangan yakni dengan dibebaskannya kota Mekkah. Dan engkau melihat para manusia masuk dalam agama Allah dengan berduyun-duyun. Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan kepadaNya, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima taubat."
KE·EMPAT
Anas (May Allah be pleased with him) said:
Allah the Rubb of honour and glory sent Revelation to His Messenger (ﷺ) more frequently before his death than at any other time.
[Al-Bukhari and Muslim].
الرابع؛: عن أنس رضي الله عنه قال: إن الله عز وجل تابع الوحي على رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل وفاته، حتى توفي أكثر ما كان الوحي". ((متفق عليه)).
Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla senantiasa mengikutkan terus-sambung menyambung - dalam menurunkan wahyu kepada Rasulullah s.a.w. sebelum wafatnya sehingga beliau itu wafat, di situlah sebagian besar wahyu diturunkan."
(Muttafaq 'alaih)
KE·LIMA
Jabir (May Allah be pleased with him) said:
The Prophet (ﷺ) said, "Every one will be raised in the condition in which he dies".
[Muslim].
الخامس: عن جابر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "يبعث كل عبد على ما مات عليه". ((رواه مسلم)).
116. Dari Jabir r.a., katanya:
Nabi s.a.w. bersabda:
"Dibangkitkan setiap hamba itu - dari kuburnya, menurut apa yang ia mati atasnya."
(Riwayat Muslim)
Keterangan:
- Hadis ini menyerukan setiap manusia muslim lagi mu'min agar senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun, mengerjakan apa-apa yang diridhai Allah, menetapi sunnah-sunnah Rasulullah s.a.w. dalam segala waktu, tempat dan keadaan.
- Juga menyerukan supaya terus menerus memiliki keikhlasan hati dalam mengamalkan segala hal semata-mata untuk Allah Ta'ala juga, baik dalam ucapan ataupun perbuatan.
- Kepentingannya ialah agar di saat kita ditemui oleh ajal, maka kematian kitapun menetapi keadaan sebagaimana yang tersebut di atas itu, sehingga pada hari kita diba'ats atau dibangunkan dari kubur nanti, keadaan kitapun sebagaimana halnya apa yang kita tetapi sewaktu kita berada di dunia ini.
- Semogalah kita memperoleh husnul-khatimah atau penghabisan yang bagus dan terpuji.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar