Minggu, 21 Desember 2014

Bab 3 - Sabar



BAB 3.

باب الصبر

SABAR.

قال الله تعالى : { ((آل عمران : 200 ) وقال تعالى {ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات وبشر الصابرين} (( البقرة : 155 )) وقال تعالى : }إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب{ ((الزمر: 10 )) وقال تعالى: }ولمن صبر وغفر إن ذلك لمن عزم الأمور{ ((الشورى : 43 )) وقال تعالى: }استعينوا بالصبر والصلاة إن الله مع الصابرين{ ((محمد 31 )) والآيات في الأمر بالصبر وبيان فضله كثيرة معروفة.

Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ishbiruu washaabiruu waraabithuu waittaquu allaaha la'allakum tuflihuuna

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung."
(QS. Ali Imran  [3]:200)

Allah Ta'ala berfirman pula:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ista'iinuu bialshshabri waalshshalaati inna allaaha ma'a alshshaabiriina

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu {99}, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al Baqarah [2]:153)
{99} Ada pula yang mengartikan: mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. 

Allah Ta'ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
walanabluwannakum bisyay-in mina alkhawfi waaljuu'i wanaqshin mina al-amwaali waal-anfusi waaltstsamaraati wabasysyiri alshshaabiriina

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
(QS. Al Baqarah [2]:155)

Lagi Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِي الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
qul yaa 'ibaadi alladziina aamanuu ittaquu rabbakum lilladziina ahsanuu fii haadzihi alddunyaa hasanatun wa-ardhu allaahi waasi'atun innamaa yuwaffaa alshshaabiruuna ajrahum bighayri hisaabin

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
(QS. Az Zumar [39]:10)

Juga Allah Ta'ala berfirman:
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
walaman shabara waghafara inna dzaalika lamin 'azmi al-umuuri

"Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan."
(QS. Asy Syuura [42]:43)

Lagi Allah Ta'ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
walanabluwannakum hattaa na'lama almujaahidiina minkum waalshshaabiriina wanabluwa akhbaarakum

"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu."
(QS. Muhammad [47]:31)

Ayat-ayat yang mengandung perintah untuk bersabar dan yang menerangkan keutamaan sabar itu amat banyak sekali dan dapat dimaklumi.


Abu Malik Al-Harith bin Asim Al-Ash'ar (May Allah be pleased with him) reported that:
The Messenger of Allah (ﷺ) said: "Wudu' is half of Salah; the utterance of (Al-hamdu lillah - all praise belongs to Allah) fills the Scales of good actions; the utterance of (Subhan Allah wa Al-hamdu lillah) (Allah is far removed from every imperfection and all praise belongs to Allah) fills the space between the heavens and the earth, and Salat (prayer) is light; and charity is the proof of Faith; and endurance is light, and the Qur'an is a plea in your favour or against you. Every person departs; he either ransoms it or puts it into perdition".
[Muslim].

وعن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏ "‏الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان، وسبحان الله والحمد لله تملآن -أو تملأ- ما بين السماوات والأرض، والصلاة نور، والصدقة برهان، والصبر ضياء، والقرآن حجة لك أو عليك‏.‏ كل الناس يغدو، فبائع نفسه فمعتقها، أو موبقها‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy'ari r.a. berkata:

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi imbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada di antara langit-langit dan bumi. Shalat adalah pahala, Shdaqoh adalah sebagai tanda - keimanan bagi yang memberikannya - sabar adalah merupakan cahaya pula, Al-Quran adalah merupakan hujjah untuk kebahagiaanmu - jika mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya - dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu - jika tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya. Setiap orang itu berpagi-pagi, maka ada yang menjual dirinya - kepada Allah - berarti ia memerdekakan dirinya sendiri - dari siksa Allah Ta'ala itu - dan ada yang merusakkan dirinya sendiri pula - karena tidak menginginkan keridhaan Allah Ta'ala."
(HR. Muslim)

Keterangan:

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hadist ini ialah:
  • Bersuci yakni menyucikan diri dari hadas dan kotoran.
  • Memenuhi neraca karena sangat besar pahalanya, hingga neraca akhirat penuh dengan ucapan itu saja.
  • Artinya andaikata pahalanya itu dibentuk menjadi jisim yang tampak, pasti dapat memenuhi langit dan bumi.
  • Shalat adalah cahaya yakni cahaya yang menerangi kita ke jalan yang diridhai Allah. Sebab orang yang tidak suka bersembahyang pasti hati nuraninya tertutup daripada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya.
  • Sedekah yang sunnah atau wajib (zakat) itu merupakan kenyataan yang menunjukkan bahwa orang itu benar-benar telah melakukan perintah Allah.
Al-Quran itu hujjah (keterangan) bagimu yakni membela dirimu kalau engkau suka melakukan isinya. Atau juga keterangan atasmu yakni mencelakakan dirimu yaitu kalau engkau menyalahi apa-apa yang menjadi perintah Allah.
Kita di dunia ini ibarat orang yang sedang dalam bepergian ke lain tempat yang hanya terbatas sekali waktunya. Di tempat itu kita menjual diri yakni memperjuangkan nasib untuk hari depan seterusnya yang kekal yaitu di akhirat. Tetapi di dalam memperjuangkan itu, ada di antara kita yang memerdekakan diri sendiri yakni melakukan semua amal baik dan perintah-perintah Allah, sehingga diri kita merdeka nanti di surga. Tetapi ada pula yang merusak dirinya sendiri karena melakukan larangan-larangan Allah hingga rusaklah akhirnya nanti di dalam neraka, amat pedih siksa yang ditemuinya.


 Abu Sa'id Al-Khudri (May Allah be pleased with him) reported that:
Certain people of the Ansar asked the Messenger of Allah (ﷺ) and he gave them; then they again asked him and he gave them until all what he possessed was exhausted. Then the Prophet (ﷺ) said, "Whatever wealth I have, I will not withhold from you. Whosoever would be chaste and modest; Allah will keep him chaste and modest and whosoever would seek self-sufficiency, Allah will make him self-sufficient; and whosoever would be patient, Allah will give him patience, and no one is granted a gift better and more comprehensive than patience".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن أبي سعيد سعد بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنهما‏:‏ ‏"‏أن ناساً من الأنصار سألوا رسول الله صلى الله عليه وسلم فأعطاهم، ثم سألوه فأعطاهم ، حتى نفد ما عنده، فقال لهم حين أنفق كل شيء بيده ‏:‏ ‏"‏ما يكن عندي من خير فلن أدخره عنكم ، ومن يستعفف يعفه الله، ومن يستغن يغنه الله، ومن يتصبر يصبره الله‏.‏ وما أعطي أحد عطاءً خيراً وأوسع من الصبر‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma bahwa ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah (ﷺ), lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu.

Beliau bersabda:
"Apa saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya - daripada karunia kesabaran itu."
(Muttafaq 'alaih)


Abu Yahya Suhaib bin Sinan (May Allah be pleased with him) reported that:
The Messenger of Allah (ﷺ) said, "How wonderful is the case of a believer; there is good for him in everything and this applies only to a believer. If prosperity attends him, he expresses gratitude to Allah and that is good for him; and if adversity befalls him, he endures it patiently and that is better for him".
[Muslim].

وعن أبي يحيى صهيب بن سنان رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏ "‏عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله له خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن ‏:‏ إن أصابته سراء شكر فكان خيراً له، وإن أصابته ضراء صبر فكان خيراً له‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya:

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur-|ah, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya."
(HR. Muslim)


Anas (May Allah be pleased with him) reported:
When the last illness of Messenger of Allah (ﷺ) made him unconscious, Fatimah (May Allah be pleased with her) exclaimed: "Ah, the distress of my dear father." He (ﷺ) said, "There will be no distress for your father after today". When he died she said: "My father, Allah has called you back and you have responded to His Call. O father! Garden of Firdaus is your abode. O father! We announce to Jibril your death." When he was buried, she said: "Are you satisfied now that you put earth over (the grave of) Messenger of Allah (ﷺ)?"
[Al- Bukhari]

وعن أنس رضي الله عنه قال‏:‏ لما ثقل النبي صلى الله عليه وسلم جعل يتغشاه الكرب فقالت فاطمة رضي الله عنها‏:‏ واكرب أبتاه‏.‏ فقال ‏:‏ ‏ "‏ليس على أبيك كرب بعد اليوم‏"‏ فلما مات قالت ‏:‏ يا أبتاه أجاب رباً دعاه، يا أبتاه جنة الفردوس مأواه، يا أبتاه إلى جبريل ننعاه، فلما دفن قالت ‏:‏ فاطمة رضي الله عنها‏:‏ أطابت أنفسكم أن تحثوا على رسول الله صلى الله عليه وسلم التراب‏؟‏ ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Anas r.a. katanya: "Ketika Rasulullah (ﷺ) sudah berat sakitnya, maka beliaupun diliputi oleh kedukaan - karena menghadapi sakratulmaut, kemudian Fathimah radhiallahu 'anha berkata: ''Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda." Beliau (ﷺ) lalu bersabda: "Ayahmu tidak akan memperoleh kesukaran lagi sesudah hari ini."
Selanjutnya setelah beliau (ﷺ) wafat, Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda, surga Firdaus adalah tempat kediamannya. Aduhai ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya."
Kemudian setelah beliau dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam Rasulullah (ﷺ) itu?"
Maksudnya: Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada beliau (ﷺ) itu tentunya akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah (ﷺ) dengan tanah.
Mendengar ucapan Fathimah radhiallahu 'anha ini, Anas r.a. diam belaka dan tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai berbuat demikian, tetapi sudah demikian itulah yang diperintahkan oleh beliau (ﷺ) sendiri."
(HR. Bukhari)


Usamah bin Zaid (May Allah be pleased with them) narrated:
The daughter of the Prophet (ﷺ) sent for him as her child was dying, but the Prophet (ﷺ) returned the messenger and sent her good wishes saying, "Whatever Allah takes away or gives, belongs to Him, and everything with Him has a limited fixed term (in this world), and so she should be patient and anticipate Allah's reward." She again sent for him adjuring him for the sake of Allah to come. The Messenger of Allah, accompanied with Sa'd bin 'Ubadah, Mu'adh bin Jabal, Ubayy bin Ka'b, Zaid bin Thabit and some other men went to see her. The child was lifted up to the Messenger of Allah while his breath was disturbed in his chest. On seeing that, the eyes of the Prophet (ﷺ) streamed with tears. Sa'd said, "O Messenger of Allah! What is this?" He replied, "It is compassion which Allah has placed in the hearts of His slaves, Allah is Compassionate only to those among His slaves who are compassionate (to others)".
Another version says: Messenger of Allah (ﷺ) said, "Allah shows compassion only to those among His slaves who are compassionate".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن أبي زيد أسامة بن زيد بن حارثة مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم وحبه وابن حبه، رضي الله عنهما، قال‏:‏ أرسلت بنت النبي صلى الله عليه وسلم ‏:‏ إن ابني قد احتضر فاشهدنا، فأرسل يقرئ السلام ويقول‏:‏ ‏"‏إن لله ما أخذ، وله ما أعطى، وكل شيء عنده بأجل مسمى، فلتصبر ولتحتسب‏"‏ فأرسلت إليه تقسم عليه ليأتينها‏.‏ فقام ومعه سعد بن عبادة، ومعاذ بن جبل، وأبي بن كعب، وزيد بن ثابت، ورجال رضي الله عنهم، فرفع إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم الصبي فأقعده في حجره ونفسه تقعقع، ففاضت عيناه، فقال سعد‏:‏ يا رسول الله ماهذا‏؟‏ فقال‏:‏ ‏"‏هذه رحمة جعلها الله تعالى في قلوب عباده‏"‏ وفى رواية ‏:‏ ‏"‏في قلوب من شاء من عباده وإنما يرحم الله من عباده الرحماء‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Abu Zaid, yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah, sahaya Rasulullah (ﷺ) serta kekasihnya serta putera kekasihnya pula radhiallahu 'anhuma, katanya: "Puteri Rasulullah (ﷺ) mengirimkan berita kepada Rasulullah (ﷺ) -bahwa anakku sudah hampir meninggal dunia, maka dari itu diminta supaya menyaksikan keadaan kita." Kita: yakni yang akan meninggal serta yang sedang menungguinya.

Beliau lalu mengirimkan kabar sambil menyampaikan salam,
"Sesungguhnya bagi Allah adalah apa yang Dia ambil dan bagiNya pula apa yang Dia berikan dan segala sesuatu di sampingnya itu adalah dengan ajal yang telah ditentukan, maka hendaklah bersabar dan berniat mencari keridhaan Allah."

Puteri Rasulullah (ﷺ) mengirimkan berita lagi serta bersumpah nadanya supaya beliau suka mendatanginya dengan sungguh-sungguh. Beliau (ﷺ) lalu berdiri dan disertai oleh Sa'ad bin Ubadah, Mu'az bin Jabal, Ubai bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit dan beberapa orang lelaki lain radhiallahu 'anhum.

Anak kecil itu lalu disampaikan kepada Rasulullah (ﷺ), kemudian diletakkannya di atas pangkuannya sedang nafas anak itu terengah-engah. Kemudian melelehlah airmata dari kedua mata beliau (ﷺ) itu. Sa'ad berkata: "Hai Rasulullah, apakah itu?"

Beliau (ﷺ) menjawab:
"Airmata ini adalah sebagai kesan dari kerahmatan Allah Ta'ala dalam hati para hambaNya."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam hati siapa saja yang disukai olehNya daripada hambaNya. Hanya saja Allah itu merah-mati dari golongan hamba-hambaNya yakni orang-orang yang menaruh belas kasihan - pada sesamanya."
(Muttafaq 'alaih)

Makna Taqa'qa'u ialah bergerak dan bergoncang keras (berdebar-debar).


Suhaib (May Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (ﷺ) said, "There lived a king before you and he had a court magician. As he (the magician) grew old, he said to the king:
'I have grown old, so send me a young boy in order to teach him magic.' The king sent him a young boy to serve the purpose. And on his way (to the magician) the young boy met a monk to whom he listened to and liked it. It became his habit that on his way to the magician, he would meet the monk and sit there and would come to the magician (late). The magician used to beat him because of this delay. He complained about this to the monk who said to him: 'When you feel afraid of the magician, say: Members of my family detained me. And when you fear your family, say: The magician detained me.' It so happened that there came a huge beast and it blocked the way of the people, and the young boy said: 'I will know today whether the magician or the monk is better.' He picked up a stone and said: 'O Allah, if the way of the monk is dearer to You than the way of the magician, bring about death to the animal so that the people be able to move about freely.' He threw that stone at it and killed it and the people began to move about freely. He then came to the monk and told him the story. The monk said: 'Son, today you are superior to me. You have come to a stage where I feel that you would be soon put to a trial, and in case you are put to a trial, do not reveal me.' That young boy began to heal those born blind and the lepers and he, in fact, began to cure people from all kinds of illnesses. When a courtier of the king who had gone blind heard about him, he came to him with numerous gifts and said, 'If you cure me, all these things will be yours.' He said, 'I myself do not cure anyone. It is Allah, the Exalted, Alone Who cures; and if you affirm faith in Allah, I shall also supplicate to Allah to cure you.' This courtier affirmed his faith in Allah and Allah cured him. He came to the king and sat by his side as he used to sit before. The king said to him, 'Who restored your eyesight?' He said, 'My Rubb.' Thereupon he said, 'Do you have another lord besides me?' He said, 'My Rubb and your Rubb is Allah.' So the king kept torturing him untill he revealed the young boy. The young boy was thus summoned and the king said to him, 'O boy, it has been conveyed to me that you have become so much proficient in your magic that you cure the blind and the lepers and you do such and such.' Thereupon he said, 'I do not cure anyone; it is Allah Alone Who cures,' and the king took hold of him and began to torture him until he revealed of the monk. The monk was summoned and it was said to him: 'You should turn back from your religion.' But he refused. The king sent for a saw, placed it in the middle of his head and cut him into two parts that fell down. Then the courtier of the king was brought forward and it was said to him: 'Turn back from your religion.' He, too, refused, and the saw was placed in the midst of his head and he was torn into two parts. Then the boy was sent for and it was said to him: 'Turn back from your religion.' He refused. The king then handed him over to a group of his courtiers, and said to them: 'Take him to such and such mountain; make him climb up that mountain and when you reach its peak ask him to renounce his Faith. If he refuses to do so, push him to his death.' So they took him and made him climb up the mountain and he said: 'O Allah, save me from them in any way you like,' and the mountain began to shake and they all fell down (dead) and that young boy came walking to the king. The king said to him, 'What happened to your companions?' He said, 'Allah has saved me from them.' He again handed him to some of his courtiers and said: 'Take him and carry him in a boat and when you reach the middle of the sea, ask him to renounce his religion. If he does not renounce his religion throw him (into the water).' So they took him and he said: 'O Allah, save me from them.' The boat turned upside down and they all drowned except the young boy who came walking to the king. The king said to him, 'What happened to your companions?' He said, 'Allah has saved me from them,' and he said to the king: 'You cannot kill me until you do what I command you to do.' The king asked, 'What is that?' He said, 'Gather all people in one place and tie me up to the trunk of a tree, then take an arrow from my quiver and say: With the Name of Allah, the Rubb of the boy; then shoot me. If you do that you will be able to kill me.' 'The king called the people in an open field and tied the young boy to the trunk of a tree. He took out an arrow from his quiver, fixed in the bow and said, 'With the Name of Allah, the Rubb of the young boy,' he then shot the arrow and it hit the boy's temple. The young boy placed his hand upon the temple where the arrow had hit him and died. The people then said: 'We believe in the Rubb of this young boy.' The king was told: 'Do you see what you were afraid of, by Allah it has taken place; all people have believed.' The king then commanded that trenches be dug and fire lit in them, and said: 'He who would not turn back from his (the young boy's) religion, throw him in the fire' or 'he would be ordered to jump into it.' They did so till a woman came with her child. She felt hesitant in jumping into the fire. The child said to her: 'O mother! Endure (this ordeal) for you are on the Right Path".
[Muslim].

وعن صهيب رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏ "‏ كان ملك فيمن كان قبلكم، وكان له ساحرٌ، فلما كبر قال للملك ‏:‏ إني قد كبرت فابعث إلى غلاماً أعلمه السحر؛ فبعث إليه غلاماً يعلمه، وكان في طريقه إذا سلك راهبٌ، فقعد إليه وسمع كلامه فأعجبه، وكان إذا أتى الساحر مر بالراهب وقعد إليه، فإذا أتى الساحر ضربه، فشكا ذلك إلى الراهب فقال‏:‏ إذا خشيت الساحر فقال‏:‏ حبسني أهلي، وإذا خشيت أهلك فقل‏:‏ حبسني الساحر‏.‏

فبينما هو على ذلك إذ أتى على دابةٍ عظيمةٍ قد حبست الناس فقال‏:‏ اليوم أعلم آلساحر أفضل أم الراهب أفضل‏؟‏ فآخذ حجراً فقال‏:‏ اللهم إن كان أمر الراهب أحب إليك من أمر الساحر فاقتل هذه الدابة حتى يمضي الناس، فرماها فقتلها ومضى الناس، فأتى الراهب فأخبره‏.‏ فقال له الراهب‏:‏ أي بني أنت اليوم أفضل مني، قد بلغ أمرك ما أرى، وإنك ستبتلى، فإن ابتليت فلا تدل علي؛ وكان الغلام يبرئ الأكمه والأبرص، ويداوي الناس من سائر الأدواء‏.‏ فسمع جليس للملك كان قد عمي، فأتاه بهدايا كثيرةٍ فقال‏:‏ ما هاهُنا لك أجمع إن أنت شفيتنى، فقال‏:‏ إني لا أشفي أحداً إنما يشفى الله تعالى، فإن آمنت بالله دعوت الله فشفاك، فآمن بالله تعالى فشفاه الله تعالى، فأتى الملك فجلس إليه كما كان يجلس فقال له الملك‏:‏ من ردّ عليك بصرك‏؟‏ فقال‏:‏ ربي قال‏:‏ ولك رب غيري ‏؟‏‏(‏ قال‏:‏ ربي وربك الله، فأخذه فلم يزل يعذبه حتى دل على الغلام، فجئ بالغلام فقال له الملك‏:‏ أى بني قد بلغ من سحرك ما تبرئ الأكمه والأبرص وتفعل وتفعل فقال‏:‏ إني لا أشفي أحداً، إنما يشفي الله تعالى، فأخذه فلم يزل يعذبه حتى دل على الراهب؛ فجيء بالراهب فقيل له‏:‏ ارجع عن دينك، فأبى ، فدعا بالمنشار فوضع المنشار في مفرق رأسه، فشقه حتى وقع شقاه، ثم جيء بجليس الملك فقيل له‏:‏ ارجع عن دينك فأبى، فوضع المنشار في مفرق رأسه، فشقه به حتى وقع شقاه، ثم جيء بالغلام فقيل له ارجع عن دينك فأبى، فدفعه إلى نفر من أصحابه فقال‏:‏ اذهبوا به إلى جبل كذا وكذا فاصعدوا به الجبل فقال‏:‏ اللهم اكفنيهم بما شئت، فرجف بهم الجبل فسقطوا، وجاء يمشي إلى الملك، فقال له الملك‏:‏ ما فعل أصحابك‏؟‏ فقال‏:‏ كفانيهم الله تعالى، فدفعه إلى نفر من أصحابه فقال ‏:‏ اذهبوا به فاحملوه في قرقور وتوسطوا به البحر، فإن رجع عن دينه وإلا فاقذفوه، فذهبوا به فقال‏:‏ اللهم اكفنيهم بما شئت، فانكفأت بهم السفينة فغرقوا، وجاء يمشي إلى الملك‏.‏ فقال له الملك ‏:‏ ما فعل أصحابك‏؟‏ فقال‏:‏ كفانيهم الله تعالى‏.‏ فقال الملك إنك لست بقاتلي حتى تفعل ما آمرك به‏.‏ قال ‏:‏ ما هو‏؟‏ قال ‏:‏ تجمع الناس في صعيد واحد، وتصلبني على جذع ، ثم خذ سهماً من كنانتي، ثم ضع السهم في كبد القوس ثم قل‏:‏ بسم الله رب الغلام ثم ارمني، فإنك إن فعلت ذلك قتلتني ‏.‏ فجمع الناس في صعيد واحد، وصلبه على جذع، ثم أخذ سهما من كنانته، ثم وضع السهم في كبد القوس، ثم قال‏:‏ بسم الله رب الغلام، ثم رماه فوقع السهم في صدغه، فوضع يده في صدغه فمات‏.‏ فقال الناس آمنا برب الغلام، فأتى الملك فقيل له‏:‏ أرأيت ما كنت تحذر قد والله نزل بك حذرك‏.‏ قد آمن الناس‏.‏ فأمر بالأخدود بأفواه السكك فخدت وأضرم فيها النيران وقال‏:‏ من لم يرجع عن دينه فأقحموه فيها أو قيل له ‏:‏ اقتحم ، ففعلوا حتى جاءت امرأة ومعها صبى لها، فتقاعست ان تقع فيها، فقال لها الغلام‏:‏ يا أماه اصبري فإنك على الحق‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏

30. Dari Shuhaib r.a. bahwa

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Dahulu ada seorang raja dari golongan ummat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak yang akan saya beri pelajaran ilmu sihir."

Kemudian raja itu mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di tengah perjalanannya apabila seseorang rahib -pendeta Nasrani - berjalan di situ, iapun duduklah padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila ia telah datang di tempat penyihir - yakni dari pelajarannya, iapun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di situ - untuk mendengarkan ajaran-ajaran Tuhan yang disampaikan olehnya.

Selanjutnya apabila datang di tempat penyihir, iapun dipukul olehnya - karena terlambat datangnya. Hal tersebut diadukan oleh anak itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Kalau engkau takut pada penyihir itu, katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan kalau engkau takut pada keluargamu, maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh penyihir."

Pada suatu ketika di waktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi orang banyak - untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?" Iapun lalu mengambil sebuah batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang banyak dapat berlalu."

Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu tadi, kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan memberitahukan hal tersebut. Rahib itupun berkata: "Hai anakku, engkau sekarang adalah lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat yang saya sendiri dapat memakluminya.Sesungguhnya engkau akan terkena cobaan, maka jika engkau terkena cobaan itu, janganlah menunjuk kepadaku."

Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengobati orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan seduduk - yakni sahabat karib - raja yang telah menjadi buta.

Ia datang pada anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata: "Apa saja yang ada di sisimu ini adalah menjadi milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jika Tuan suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdoa kepada Allah, semoga Dia suka menyembuhkan Tuan. Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah.

Raja kemudian bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."

Kawannya itu lalu ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan kesembuhannya.Anak itupun didatangkan. Raja berkata padanya: "Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan itu."

Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seseorangpun, hanya Allah Ta'ala jualah yang menyembuhkannya." Anak itupun ditindaknya, dan terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta.

Pendetapun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!" Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patung-patung. Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan kepala tersebut.

Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja dahulu itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Iapun enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu.

Seterusnya didatangkan pulalah anak itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." lapun menolak ajakannya. Kemudian anak itu diberikan kepada sekelompok sahabatnya lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah dengannya ke gunung itu. Jika engkau semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya, bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu."

Sahabat-sahabatnya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itupun bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan membawa anak ini daiam sebuah tongkang dan berlayarlah sampai di tengah lautan.

Jika ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu." Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya.

Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun berkatalah: "Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa yang kuperintahkan."

Raja bertanya: "Apakah itu?" Ia menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku."

Raja mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak panah di busur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini."

Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia. Orang-orang yang berkumpul itu sama berkata: "Kita semua beriman kepada Tuhannya anak ini." Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba - yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah beriman."

Raja memerintahkan supaya orang-orang itu digiring di celah-celah bumi - yang bertebing dua kanan-kiri - yaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan dinyalakan api di situ, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkanlah ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya." Orang banyak melakukan yang sedemikian itu - sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya. Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya ibu adalah menetapi atas kebenaran."
(HR. Muslim)

Keterangan:
  • Dzirwatul jabal artinya puncaknya gunung. Ini boleh dibaca dengan kasrahnya dzal mu'jamah atau dhammahnya.
  • Alqurquur dengan didhammahkannya kedua qafnya, adalah suatu macam dari golongan perahu.
  • Ashsha'id di sini artinya bumi yang menonjol (bukit).
  • Alukhduud ialah beberapa belahan di bumi seperti sungai kecil.
  • Adhrama artinya menyalakan.
  • Inkafa-at artinya berubah.
  • Taqaa-'asat, artinya terhenti atau tidak berani maju dan pula merasa ketakutan.

Anas (May Allah be pleased with him) reported:
The Prophet (ﷺ) passed by a woman who was crying over a grave and said, "Fear Allah and be patient." She said, "Away from me! My calamity has not befallen you and you are not aware of it." The woman was later told that it was the Prophet (ﷺ) (who had advised her). She came to his door where she found no doorkeeper. She said, "(I am sorry) I did not know you." Messenger of Allah (ﷺ) said, "Patience is (becoming) only at the first (stroke) of grief".
[Al-Bukhari and Muslim].
Another narration in Muslim says: The woman was crying over her son.

وعن أنس رضي الله عنه قال‏:‏ مر النبي صلى الله عليه وسلم بامرأة تبكي عند قبر فقال ‏:‏ ‏"‏اتقي الله واصبري‏"‏ فقالت ‏:‏ إليك عني ، فإنك لم تصب بمصيبتي ‍‍‍‏(‏ ولم تعرفه، فقيل لها ‏:‏ إنه النبي صلى الله عليه وسلم ، فأتت باب النبي صلى الله عليه وسلم، فلم تجد عنده بوابين، فقالت‏:‏ لم أعرفك، فقال‏:‏ ‏"‏إنما الصبر عند الصدمة الأولى‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah (ﷺ) berjalan melalui seorang wanita yang sedang menangis di atas sebuah kubur.

Beliau bersabda:
"Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah!"

Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, karena Tuan tidak terkena mushibah sebagaimana yang mengenai diriku dan Tuan tidak mengetahui mushibah apa itu." Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau (ﷺ) - bahwa yang diajak bicara tadi adalah Rasulullah (ﷺ). Ia lalu mendatangi pintu rumah Rasulullah (ﷺ) tetapi di mukanya itu tidak didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya memang tidak mengenai Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku tadi."

Kemudian beliau (ﷺ) bersabda:
"Bahwa bersabar - yang sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama."
(Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak kecilnya - yang mati."

Keterangan:
Maksud "Mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama," bukan berarti ketika mendapatkan mushibah yang pertama kali dialami sejak hidupnya, tetapi di saat baru terkena mushibah itu ia bersabar, baik mushibah itu yang pertama kalinya atau keduanya, ketiganya dan selanjutnya.
Jadi kalau sesudah sehari atau dua hari baru ia mengatakan: "Aku sekarang sudah berhati sabar tertimpa mushibah yang kemarin itu," maka ini bukannya sabar pada pertama kali, sebab sudah terlambat.


Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported:
The Messenger of Allah (ﷺ) said, "Allah, the Exalted, says: 'I have no reward other than Jannah for a believing slave of Mine who remains patient for My sake when I take away his beloved one from among the inhabitants of the world".
[Al- Bukhari].

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ‏:‏ ‏ "‏ يقول الله تعالى ‏:‏ ما لعبدي المؤمن عندي جزاء إذا قبضت صفيه من أهل الدنيا ثم احتسبه إلا الجنة‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa

Rasululiah (ﷺ) bersabda:
"Allah Ta'ala berfirman: 'Tidak ada balasan bagi seseorang hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku mengambil - mematikan - kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan surga'."
(HR. Bukhari)


'Aishah (May Allah be pleased with her) reported:
I asked the Messenger of Allah (ﷺ) about pestilence and he said, "It is a punishment which Allah sends upon whomsoever He wills, but Allah has made it as a mercy to the believers. Anyone who remains in a town which is plagued with pestilence maintaining patience expecting the reward from Allah, and knowing that nothing will befall him other than what Allah has foreordained for him, he would receive a reward of Shaheed".
[Al-Bukhari].

وعن عائشة رضي الله عنها أنها سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون، فأخبرها أنه كان عذاباً يبعثه الله تعالى على من يشاء، فجعله الله تعالى رحمة للمؤمنين، فليس من عبد يقع في الطاعون فيمكث في بلده صابراً محتسباً يعلم أنه لا يصيبه إلا ما كتب الله له إلا كان له مثل أجر الشهيد‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwa ia bertanya kepada Rasululiah (ﷺ) perihal penyakit tahunan, (yaitu penderita telah menyandang suatu penyakit lebih dari setahun dan belum kunjung sembuh), lalu beliau memberi-tahukannya bahwa sesungguhnya penyakit tahunan itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala kepada kaum mu'minin.
Maka tidak seorang hambapun yang tertimpa oleh penyakit menahun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa penyakit itu tidak akan mengenainya kecuali karena telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid.
(HR. Bukhari)


Anas (May Allah be pleased with him) said:
I heard the Messenger of Allah (ﷺ) saying, "Allah, the Glorious and Exalted said: 'When I afflict my slave in his two dear things (i.e., his eyes), and he endures patiently, I shall compensate him for them with Jannah.".
[Al-Bukhari].

وعن أنس رضي الله عنه قال‏:‏ سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ‏:‏ ‏"‏إن لله عزوجل قال‏:‏ إذا ابتليت عبدي بحبيبتيه فصبر عوضته منهما الجنة‏"‏ (7)، ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Anas r.a., katanya: "Saya mendengar

Rasululiah (ﷺ) bersabda:
"Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman: 'Jika Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya - yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti surga karena kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu'."
(HR. Bukhari)


'Ata' bin Abu Rabah reported:
Ibn 'Abbas (May Allah be pleased with them) asked him whether he would like that he should show him a woman who is from the people Jannah. When he replied that he certainly would, he said, "This black woman, who came to the Prophet (ﷺ) and said, 'I suffer from epilepsy and during fits my body is exposed, so make supplication to Allah for me.' He (ﷺ) replied: 'If you wish you endure it patiently and you be rewarded with Jannah, or if you wish, I shall make supplication to Allah to cure you?' She said, 'I shall endure it.' Then she added: 'But my body is exposed, so pray to Allah that it may not happen.' He (Prophet (ﷺ)) then supplicated for her".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن عطاء بن أبي رباح قال‏:‏ قال لي ابن عباس رضي الله عنهما‏:‏ ألا أريك امرأة من أهل الجنة ‏"‏ فقلت‏:‏ بلى، قال‏:‏ هذه المرأة السوداء أتتت النبي صلى الله عليه وسلم فقالت ‏:‏ إني أصرع، و إني أتكشف، فادع الله تعالى لي قال‏:‏ ‏"‏إن شئت صبرت ولك الجنة، وإن شئت دعوت الله تعالى أن يعافيك‏"‏ فقالت‏:‏ أصبر، فقالت‏:‏ إني أتكشف ، فادع الله أن لا أتشكف ، فدمعا لها‏.‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari 'Atha' bin Abu Rabah, katanya: "Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan padaku: "Apakah engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli surga?" Saya berkata: "Baiklah."
Ia berkata lagi: "Wanita hitam itu pernah datang kepada Rasulullah (ﷺ) lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini terserang oleh penyakit ayan dan oleh sebab itu lalu saya membuka aurat tubuhku. Oleh karenanya haraplah Tuan mendoakan untuk saya kepada Allah - agar saya sembuh."

Beliau (ﷺ) bersabda:
"Jika engkau suka hendaklah bersabar saja dan untukmu adalah surga, tetapi jika engkau suka maka saya akan mendoakan untukmu kepada Allah Ta'ala agar penyakitmu itu disembuhkan olehNya."

Wanita itu lalu berkata: "Saya bersabar," lalu katanya pula: "Sesungguhnya karena penyakit itu, saya membuka aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah Tuan mendoakan saja untuk saya kepada Allah agar saya tidak sampai membuka aurat tubuh itu."
Rasulullah (ﷺ) lalu mendoakan untuknya - sebagaimana yang dikehendakinya itu."
(Muttafaq 'alaih)


'Abdullah bin Mas'ud (May Allah be pleased with him) reported:
I can still recall as if I am seeing the Messenger of Allah (ﷺ) resembling one of the Prophets whose people scourged him and shed his blood, while he wiped blood from his face, he said: "O Allah! Forgive my people, because they certainly do not know".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن أبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال‏:‏ كأني انظر إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يحكي نبياً من الأنبياء، صلوات الله وسلامه عليهم، ضربه قومه فأدموه وهو يمسح الدم عن وجهه، يقول ‏:‏ ‏ "‏اللهم اغفر لقومى فإنهم لا يعلمون‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a. katanya: "Seakan-akan saya melihat kepada Rasulullah (ﷺ) sedang menceriterakan tentang seorang Nabi dari sekian banyak Nabi-nabi shalawatuliah wa salamuhu 'alaihim. Beliau dipukuli oleh kaumnya, sehingga menyebabkan keluar darahnya dan Nabi tersebut mengusap darah dari wajahnya sambil mengucapkan:
"Ya Allah ampunilah kaum hamba itu, sebab mereka itu memang tidak mengerti."
(Muttafaq 'alaih)


Abu Sa'id and Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported that the Prophet (ﷺ) said:
"Never a believer is stricken with a discomfort, an illness, an anxiety, a grief or mental worry or even the pricking of a thorn but Allah will expiate his sins on account of his patience".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن أبي سعيد وأبي هريرة رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏"‏ما يصيب المسلم من نصب ولا وصب ولا هم ولا حزن ولا أذى ولا غم، حتى الشوكة يشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏ (8)‏.‏

Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma dari Rasulullah (ﷺ),

Sabdanya:
"Tidak suatupun yang mengenai seseorang muslim - sebagai mushibah - baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti - yakni sesuatu yang tidak mencocoki kehendak hatinya, ataupun kesedihan - segala macam dan segala waktunya, sampaipun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya-yakni sesuai dengan mushibah yang diperolehnya- itu."
(Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
Kesakitan apapun yang diderita oleh seseorang mu'min, ataupun bencana dalam bentuk bagaimana yang ditemui olehnya itu dapat membersihkan dosa-dosanya dan berpahalalah ia dalam keadaan seperti itu, tetap bersabar dan tabah. Sebaliknya jika tidak sabar dan uring-uringan serta mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, maka bukan pahala yang didapatkan, tetapi makin menambah besarnya dosa. Oleh sebab itu jika kita tertimpa oleh kesakitan atau malapetaka, jangan sampai merugi, yaitu melakukan suatu tindakan yang dapat  melenyapkan pahala yang semestinya kita peroleh.


Ibn Mas'ud (May Allah be pleased with him) reported:
I visited the Prophet (ﷺ) when he was suffering fever. I said, "You seem to be suffering greatly, O Messenger of Allah." The Prophet (ﷺ) replied, "Yes, I suffer as much as two persons." I said, "Is that because you have a double reward?" He replied that that was so and then said, "No Muslim is afflicted by a harm, be it the pricking of a thorn or something more (painful than that), but Allah thereby causes his sins to fall away just as a tree sheds its leaves".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال‏:‏ دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يوعك فقلت‏:‏ يارسول الله إنك توعك وعكاً شديداً قال‏:‏ ‏"‏أجل إني أوعك كما يوعك رجلان منكم‏"‏ قلت‏:‏ ذلك أن لك أجرين ‏؟‏ قال‏:‏ ‏"‏أجل ذلك كذلك ما من مسلم يصيبه أذى؛ شوكة فما فوقها إلا كفر الله بها سيئاته ، وحطت عنه ذنوبه كما تحط الشجرة ورقها‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: Saya memasuki tempat Rasulullah (ﷺ) dan beliau sedang dihinggapi penyakit panas. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan dihinggapi penyakit panas yang amat sangat."

Beliau kemudian bersabda:
"Benar, sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari engkau semua yang menjadi satu."

Saya berkata lagi: "Kalau demikian Tuan tentulah mendapatkan dua kali pahala."

Beliau bersabda:
"Benar, demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslimpun yang terkena oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih dari itu, melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab mushibah yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana sebuah pohon menurunkan daunnya - dan ini jika disertai kesabaran."

Alwa'ku yaitu sangatnya panas (dalam tubuh sebab sakit), tetapi ada yang mengatakan panas (biasa).


Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported that:
The Messenger of Allah (ﷺ) said: "He whom Allah intends good, He makes him to suffer from some affliction".
[Al- Bukhari].

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ من يرد الله به خيراً يصب منه‏"‏ ‏:‏ ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Hurairah r.a., katanya:

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Barangsiapa oleh Allah dikehendaki akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan memberikan mushibah padanya-baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa yang menjadi kekasihnya."
(HR. Bukhari)

Para ulama mencatat: Yushab, boleh dibaca fathah shadnya dan boleh pula dikasrahkan, (lalu dibaca yushib).


Anas (May Allah be pleased with him) reported that:
The Messenger of Allah (ﷺ) said, "Let not one of you wish for death because of a misfortune which befalls him. If he cannot help doing so, he should say: 'O Allah, keep me alive as long as You know that life is better for me, and make me die when death is better for me".
[Al- Bukhari and Muslim].

وعن أنس رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏ "‏ لا يتمنين أحدكم الموت لضر أصابه، فإن كان لابد فاعلاً فليقل‏:‏ اللهم أحيني ما كانت الحياة خيراً لي وتوفني إذا كانت الوفاة خيراً لي‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Anas r.a., katanya:

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharap-harapkan tibanya kematian dengan sebab adanya sesuatu bahaya yang mengenainya. Tetapi jika ia terpaksa harus berbuat demikian maka hendaklah mengatakan: "Ya Allah, tetapkanlah aku hidup selama kehidupanku itu masih merupakan kebaikan untukku dan matikanlah aku apabila kematian itu merupakan kebaikan untukku."
(Muttafaq 'alaih)


Khabbab bin Al-Aratt (May Allah be pleased with him) reported:
We complained to the Messenger of Allah (ﷺ) regarding the persecution inflicted upon us by the disbelievers while he was lying in the shade of the Ka'bah, having made a pillow of his cloak. We submitted: "Why do you not supplicate for our prevalence (over the opponents)?". He (ﷺ) replied, "Among those people before you, a man would be seized and held in a pit dug for him in the ground and he would be sawed into two halves from his head, and his flesh torn away from his bones with an iron comb; but, in spite of this, he would not wean away from his Faith. By Allah, Allah will bring this matter to its consummation until a rider will travel from San'a' to Hadramout fearing none except Allah, and except the wolf for his sheep, but you are in too much of a hurry".
[Al-Bukhari].
Another narration is: He (ﷺ) had placed his cloak under his head and we had been tortured by the polytheists.

وعن أبي عبد الله خباب بن الأرت رضي الله عنه قال‏:‏ شكونا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو متوسد بردة له في ظل الكعبة، فقلنا ‏:‏ ألا تستنصر لنا ألا تدعو لنا‏؟‏ فقال‏:‏ قد كان من قبلكم يؤخذ الرجل فيحفر له في الأرض فيجعل فيها ثم يؤتى بالمنشار فيوضع على رأسه فيجعل نصفين، ويمشط بأمشاط من الحديد ما دون لحمه وعظمه، ما يصده ذلك عن دينه، والله ليتمن الله هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت لا يخاف إلا الله والذئب على غنمه، ولكنكم تستعجلون‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Abdullah, yaitu Khabbab bin Aratti r.a., katanya: "Kita mengadu kepada Rasulullah (ﷺ) dan beliau ketika itu meletakkan pakaian burdahnya di bawah kepalanya sebagai bantal dan berada di naungan Ka'bah, kita berkata: Mengapa Tuan tidak memohonkan pertolongan - kepada Allah - untuk kita, sehingga kita menang? Mengapa Tuan tidak berdoa sedemikian itu untuk kita?"

Beliau lalu bersabda:
"Pernah terjadi terhadap orang-orang sebelummu - yakni zaman Nabi-nabi yang lalu, yaitu ada seorang yang diambil - oleh musuhnya, karena ia beriman, kemudian digalikanlah tanah untuknya dan ia diletakkan di dalam tanah tadi, selanjutnya didatangkanlah sebuah gergaji dan ini diletakkan di atas kepalanya, seterusnya kepalanya itu dibelah menjadi dua. Selain itu iapun disisir dengan sisir yang terbuat dari besi yang dikenakan di bawah daging dan tulangnya, semua siksaan itu tidak memalingkan ia dari agamanya -yakni ia tetap beriman kepada Allah. Demi Allah niscayalah Allah sungguh akan menyempurnakan perkara ini - yakni Agama Islam, sehingga seseorang yang berkendaraan yang berjalan dari Shan'a ke Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allah atau karena takut pada serigala atas kambingnya - sebab takut sedemikian ini lumrah saja. Tetapi engkau semua itu hendak bercepat-cepat saja."
(HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain diterangkan: "Beliau saat itu sedang berbantal burdahnya, padahal kita telah memperoleh kesukaran yang amat sangat dari kaum musyrikin."


 Ibn Mas'ud (May Allah be pleased with him) reported:
After the battle of Hunain, Messenger of Allah (ﷺ) favoured some people in the distribution of spoils (for consolation). He gave Al-Aqra' bin Habis and 'Uyainah bin Hisn a hundred camels each and showed favour also to some more honourable persons among the Arabs. Someone said: "This division is not based on justice and it was not intended to win the Pleasure of Allah." I said to myself: "By Allah! I will inform Messenger of Allah (ﷺ) of this." I went to him and informed him. His face became red and he said, "Who will do justice if Allah and His Messenger do not?" Then he said, "May Allah have mercy on (Prophet) Musa (Moses); he was caused more distress than this but he remained patient." Having heard this I said to myself: "I shall never convey anything of this kind to him in future".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال ‏:‏ لما كان يوم حنين آثر رسول الله صلى الله عليه وسلم ناساً في القسمة، فأعطى الأقرع بن حابس مائة من الإبل، وأعطى عيينة بن حصن مثل ذلك، وأعطى ناساً من أشراف العرب وآثرهم يومئذ في القسمة‏.‏ فقال رجل‏:‏ والله إن هذه قسمة ما عدل فيها، وما أريد فيها وجه الله، فقلت ‏:‏ والله لأخبرن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فأتيته فأخبرته بما قال‏:‏ فتغير وجههه حتى كان كالصرف ‏.‏ ثم قال ‏ "‏ فمن يعدل إذا لم يعدل الله ورسوله‏؟‏ ثم قال‏:‏ يرحم الله موسى قد أوذي بأكثر من هذا فصبر‏"‏‏.‏ فقلت‏:‏ لا جرم لا أرفع إليه بعدها حديثاً‏.‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Ketika hari peperangan Hunain, Rasulullah (ﷺ) melebihkan - mengutamakan - beberapa orang dalam pemberian pembagian - harta rampasan, lalu memberikan kepada al-Aqra' bin Habis seratus ekor unta dan memberikan kepada 'Uyainah bin Hishn seperti itu pula - seratus ekor unta, juga memberikan kepada orang-orang yang termasuk bangsawan Arab dan mengutamakan dalam cara pembagian kepada mereka tadi.
Kemudian ada seorang lelaki berkata: "Demi Allah, pembagian secara ini, sama sekali tidak ada keadilannya dan agaknya tidak dikehendaki untuk mencari keridhaan Allah." Saya lalu berkata: "Demi Allah, hal ini akan saya beritahukan kepada Rasulullah (ﷺ)."
Saya pun mendatanginya terus memberitahukan kepadanya tentang apa-apa yang dikatakan oleh orang itu. Maka berubahlah warna wajah beliau sehingga menjadi semacam sumba merah - merah padam karena marah.

lalu bersabda:
"Siapakah yang dapat dinamakan adil, jika Allah dan RasulNya dianggap tidak adil juga."

Selanjutnya beliau bersabda:
"Allah merahmati Nabi Musa. Ia telah disakiti dengan cara yang lebih sangat dari ini, tetapi ia tetap sabar."
Saya sendiri berkata: "Ah, semestinya saya tidak memberitahukan dan saya tidak akan mengadukan lagi sesuatu pembicaraanpun setelah peristiwa itu kepada beliau lagi."
(Muttafaq 'alaih)

Sabda Rasulullah (ﷺ) Kashshirfi dengan kasrahnya shad muhmalah, artinya sumba merah.



Anas (May Allah be pleased with him) reported that:
The Messenger of Allah (ﷺ) said, "When Allah intends good for His slave, He punishes him in this world, but when He intends an evil for His slave, He does not hasten to take him to task but calls him to account on the Day of Resurrection."

[At-Tirmidhi].

وعن أنس رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏:‏‏"‏إذا أراد الله بعبده خيراً عجل له العقوبة في الدنيا، وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة‏"‏‏.‏

وقال النبي صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏"‏إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله تعالى إذا أحب قوماً ابتلاهم، فمن رضي فله الرضى، ومن سخط فله السخط‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه الترمذي وقال ‏:‏ حديث حسن‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Anas r.a., berkata:

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang hambaNya, maka ia mempercepatkan suatu siksaan - penderitaan - sewaktu dunia, tetapi jika Allah menghendaki keburukan pada seseorang hambaNya, maka orang itu dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga nanti akan dipenuhkan balasan - siksaannya - hari kiamat."

Dan Rasulullah (ﷺ) bersabda - juga riwayat Anas r.a.:
"Sesungguhnya besarnya balasan - pahala - itu menilik besarnya bala' yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela - menerima bala' tadi, ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah pula."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini hadist hasan.


Anas (May Allah be pleased with him) reported:
One of the sons of Abu Talhah (May Allah be pleased with him) was ailing. Abu Talhah went out and the boy died in his absence. When he came back, he inquired, "How is the boy?". Umm Sulaim, the mother of the boy, replied, "Better than before". Then she placed his evening meal before him and he ate it; and thereafter slept with her. At last, she said to him: "Arrange for the burial of the boy". In the morning, Abu Talhah went to Messenger of Allah (ﷺ) and informed him of the event. He enquired, "Did you sleep together last night?" Abu Talhah replied in the affirmative, on which the Prophet (ﷺ) supplicated, "O Allah bless them." Thereafter, she gave birth to a boy. Abu Talhah said to me: "Take up the boy and carry him to the Prophet (ﷺ)"; and he sent some dates with him. The Prophet (ﷺ) enquired, "Is there anything with him?" He said; "Yes, some dates". The Prophet (ﷺ) took a date, chewed it and put it in the mouth of the baby and rubbed the chewed date around the baby's gum and named him 'Abdullah.
[Al-Bukhari and Muslim].
The narration in Bukhari adds: Ibn 'Uyainah relates that a man from the Ansar told him that he had seen nine sons of this 'Abdullah, every one of whom had committed the Noble Qur'an to memory.
The narration of Muslim says: The son of Abu Talhah (May Allah be pleased with him) who was born of Umm Sulaim died. She (Umm Sulaim) said to the members of the family: "Do not tell Abu Talhah about his son until I mention it to him myself." Abu Talhah came (home) and she gave him supper. He ate and drank. She then beautified herself the best way she ever did and he slept with her. When she saw that he was satisfied after sexual intercourse with her, she said, "O Abu Talhah! If some people borrow something from another family and then (the members of the family) ask for its return, would they refuse to give it back to them." He said, "No". She said, "Then hope reward for your son". Abu Talhah got angry, and said; "You left me uninformed until I stained myself (with sexual intercourse) and then you told me about my son. "He went to Messenger of Allah (ﷺ) and informed him about the matter. Thereupon Messenger of Allah (ﷺ) said, "May Allah bless the night you spent together!" He (the narrator) said: She conceived. (One day) Messenger of Allah (ﷺ) was in the course of a journey and she was along with him. When Messenger of Allah (ﷺ) used to come back to Al-Madinah from a journey, he would not enter it (during the night). When the people came near Al- Madinah, she felt labour pains. He (Abu Talhah) remained with her and Messenger of Allah (ﷺ) proceeded on. Abu Talhah said: "O Rubb, You know that I love to go along with Messenger of Allah (ﷺ) when he goes out and enter along with him when he enters, and I have been detained as You see." Umm Sulaim then said: "O Abu Talhah, I do not feel (so much pain) as I was feeling earlier, so we better proceed on. So we proceeded on and she felt the labour of delivery as they reached (Al-Madinah). She gave birth to a male child. My mother said to me: "O Anas, none should suckle him until you go to Messenger of Allah (ﷺ) tomorrow morning." The next morning I carried the baby with me to Messenger of Allah (ﷺ), and narrated the rest of the story.
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن أنس رضي الله عنه قال‏:‏ كان ابن لأبي طلحة رضي الله عنه يشتكي، فخرج أبو طلحة، فقبض الصبي، فلما رجع أبو طلحة قال‏:‏ ما فعل ابني‏؟‏ قالت أم سليم وهى أم الصبي ‏:‏ هو أسكن ما كان، فقربت إليه العشاء فتعشى، ثم أصاب منها، فلما فرغ قالت‏:‏ واروا الصبي، فلما أصبح أبو طلحة أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخبره، فقال‏:‏ ‏"‏أعرستم الليلة ‏؟‏‏"‏ قال‏:‏ نعم ، قال‏:‏ ‏"‏اللهم بارك لهما، فولدت غلاماً، فقال لي أبو طلحة‏:‏ احمله حتى تأتى به النبي صلى الله عليه وسلم، وبعث معه بتمرات، فقال‏:‏ ‏"‏أمعه شيء‏؟‏‏"‏ قال‏:‏ نعم، تمرات فأخذها النبي صلى الله عليه وسلم فمضغها ، ثم أخذها من فيه فجعلها في فيّ الصبي ، ثم حنكه وسماه عبد الله‏.‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

وفى رواية لمسلم‏:‏ مات ابن لأبي طلحة بن أم سليم ، فقالت لأهلها لا تحدثوا أبا طلحة بابنه حتى أكون أنا أحدثه، فجاء فقربت إليه عشاءً فأكل وشرب، ثم تصنعت له أحسن ما كانت تصنع قبل ذلك، فوقع بها، فلما أن رأت أنه قد شبع وأصاب منها قالت‏:‏ يا أبا طلحة، أرأيت لو أن قوماً أعاروا عاريتهم أهل بيت فطلبوا عاريتهم، ألهم أن يمنعوهم‏؟‏ قال‏:‏ لا، فقالت ‏:‏ فاحتسب ابنك‏.‏ قال‏:‏ فغضب، ثم قال‏:‏ تركتني حتى إذا تلطخت أخبرتني بابني‏؟‏‏!‏ فانطلق حتى أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخبره بما كان ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏.‏ ‏"‏بارك الله في ليلتكما‏"‏ قال‏:‏ فحملت، قال وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم في سفر وهي معه، وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتى المدينة من سفر لا يطرقها طروقاً فدنوا من المدينة، فضربها المخاض، فاحتبس عليها أبو طلحة، وانطلق رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ يقول أبو طلحة‏:‏ إنك لتعلم يارب أنه يعجبني أن أخرج مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا خرج، وأدخل معه إذا دخل، وقد احتبست بما ترى، تقول أم سليم‏:‏ يا أبا طلحة ما أجد الذى كنت أجد، انطلق، فانطلقنا، وضربها المخاض حين قدما فولدت غلاماً‏.‏ فقالت لي أمي ‏:‏ يا أنس لا يرضعه أحد حتى تغدو به على رسول الله صلى الله عليه وسلم، فلما أصبح احتملته فانطلقت به إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم‏.‏ وذكر تمام الحديث‏.‏


Dari Anas r.a., katanya: "Abu Thalhah itu mempunyai seorang putera yang sedang menderita sakit. Abu Thalhah keluar pergi - menghadap Rasulullah (ﷺ), kemudian anaknya itu dicabutlah ruhnya - yakni meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah kembali -waktu itu ia sedang berpuasa, ia berkata: "Bagaimanakah keadaan anakku?" Ummu Sulaim, yaitu ibu anak tersebut - jadi isterinya Abu Thalhah - menjawab: "Ia dalam keadaan yang setenang-tenangnya."Isterinya itu lalu menyiapkan makanan malam untuknya kemudian Abu Thalhah pun makan malamlah, selanjutnya ia menyetubuhinya isterinya itu. Setelah selesai, Ummu Sulaim berkata: "Makamkanlah anak itu."

Setelah menjelang pagi harinya Abu Thalhah mendatangi Rasulullah (ﷺ), lalu memberitahukan hal tersebut - kematiannya anaknya yang ia baru mengerti setelah selesai tidur bersama isterinya.

Kemudian Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Adakah engkau berdua bersetubuh tadi malam?"

Abu Thalhah menjawab: "Ya."

Beliau lalu bersabda pula:
"Ya Allah, berikanlah keberkahan pada kedua orang ini -yakni Abu Thalhah dan isterinya. Selanjutnya Ummu Suiaim itu melahirkan seorang anak lelaki lagi." Abu Thalhah lalu berkata padaku - aku di sini ialah Anas r.a. yang meriwayatkan Hadis ini: "Bawalah ia sehingga engkau datang di tempat Rasulullah (ﷺ) dan besertanya kirimkanlah beberapa biji buah kurma.

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Adakah besertanya sesuatu benda?"

Ia - Anas- menjawab: "Ya.ada beberapa biji buah kurma."

Buah kurma itu diambil oleh Rasulullah (ﷺ) lalu dikunyahnya kemudian diambillah dari mulutnya, selanjutnya dimasukkanlah dalam mulut anak tersebut. Setelah itu digosokkan di langit-langit mulutnya dan memberinya nama Abdullah."
(Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Bukhari disebutkan demikian:
Ibnu 'Uyainah berkata: "Kemudian ada seorang dari golongan sahabat Anshar berkata: "Lalu saya melihat sembilan orang anak lelaki yang semuanya dapat membaca dengan baik dan hafal akan al-Quran, yaitu semuanya dari anak-anak Abdullah yang dilahirkan hasil peristiwa malam dahulu itu.

Dalam riwayat Muslim disebutkan:
"Anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, lalu isterinya itu berkata kepada seluruh keluarganya: "Janganlah engkau semua memberitahukan hal kematian anak itu kepada Abu Thalhah, sehingga aku sendirilah yang hendak memberitahukannya nanti." Abu Thalhah - yang saat itu bepergian - lalu datanglah, kemudian isterinya menyiapkan makan malam untuknya dan iapun makan dan minumlah. Selanjutnya isterinya itu memperhias diri dengan sebaik-baik hiasan yang ada padanya dan bahkan belum pernah berhias semacam itu sebelum peristiwa tersebut. Seterusnya Abu Thalhah menyetubuhi isterinya. Sewaktu isterinya telah mengetahui bahwa suaminya telah kenyang dan selesai menyetubuhinya, iapun berkatalah pada Abu Thalhah: "Bagaimanakah pendapat kanda, jika sesuatu kaum meminjamkan sesuatu yang dipinjamkannya kepada salah satu keluarga, kemudian mereka meminta kembalinya apa yang dipinjamkannya. Patutkah keluarga yang meminjamnya itu menolak untuk mengembalikannya benda tersebut kepada yang meminjaminya?" Abu Thalhah menjawab: "Tidak boleh menolaknya - yakni harus menyerahkannya." Kemudian berkata pula isterinya: "Nah, perhitungkanlah bagaimana pinjaman itu jika berupa anakmu sendiri?" Abu Thalhah lalu marah-marah kemudian berkata: "Engkau biarkan aku tidak mengetahui - kematian anakku itu, sehingga setelah aku terkena kotoran - maksudnya kotoran bekas bersetubuh, lalu engkau beritahukan hal anakku itu padaku." Iapun lalu berangkat sehingga datang di tempat Rasulullah (ﷺ) lalu memberitahukan segala sesuatu yang telah terjadi, kemudian Rasulullah (ﷺ) bersabda: "Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu berdua dalam malammu itu." Anas r.a. berkata: "Kemudian isterinya hamil."

Anas r.a. melanjutkan katanya: "Rasulullah (ﷺ) sedang dalam bepergian dan Ummu Sulaim itu menyertainya pula - bersama suaminya juga. Rasulullah (ﷺ) apabila datang di Madinah di waktu malam dari bepergian, tidak pernah mendatangi rumah keluarganya malam-malam. Ummu Sulaim tiba-tiba merasa sakit karena hendak melahirkan, maka oleh karena Abu Thalhah tertahan - yakni tidak dapat terus mengikuti Rasulullah (ﷺ). Rasulullah (ﷺ) terus berangkat."

Anas berkata: "Setelah itu Abu Thalhah berkata: "Sesungguhnya Engkau tentulah Maha Mengetahui, ya Tuhanku, bahwa saya ini amat tertarik sekali untuk keluar bepergian bersama-sama Rasulullah (ﷺ) di waktu beliau keluar bepergian dan untuk masuk -tetap di negerinya - bersama-sama dengan beliau di waktu beliau masuk. Sesungguhnya saya telah tertahan pada saat ini dengan sebab sebagaimana yang Engkau ketahui."

Ummu Sulaim ialu berkata: "Hai Abu Thalhah, saya tidak menemukan sakitnya hendak melahirkan sebagaimana yang biasanya saya dapatkan - jikaiau hendak melahirkan anak. Maka itu berangkatlah. Kitapun - maksudnya Rasulullah (ﷺ), Abu Thalhah dan isterinya - berangkatlah, Ummu Sulaim sebenarnya memang merasakan sakit hendak melahirkan, ketika keduanya itu datang, lalu melahirkan seorang anak lelaki.

Ibuku - yakni ibu Anas r.a. - berkata padaku - pada Anas r.a.: "Hai Anas, janganlah anak itu disusui oleh siapapun sehingga engkau pergi pagi-pagi besok dengan membawa anak itu kepada Rasulullah (ﷺ)." Ketika waktu pagi menjelma, saya - Anas r.a. - membawa anak tadi kemudian pergi dengannya kepada Rasulullah (ﷺ). Ia lalu meneruskan ceritera hadist ini sampai selesainya.

Keterangan:
Hadis di atas itu memberikan kesimpulan tentang sunnahnya melipur orang yang sedang dalam kedukaan agar berkurang kesedihan hatinya, juga bolehnya memalingkan sesuatu persoalan kepada persoalan yang lain lebih dulu, untuk ditujukan kepada hal yang dianggap penting, sebagaimana perilaku isteri Abu Thalhah kepada suaminya. Ini tentu saja bila amat diperlukan untuk berbuat sedemikian itu.
Sementara itu Hadis di atas juga menjelaskan akan sunnahnya seseorang isteri berhias seelok-eloknya agar suaminya tertarik padanya dan tidak sampai terpesona oleh wanita lain, sehingga menyebabkan terjerumusnya suami itu dalam kemesuman yang diharamkan oleh agama.
Demikian pula isteri dianjurkan sekali untuk berbuat segala hal yang dapat menggembirakan suami dan melayaninya dengan hati penuh kelapangan serta wajah berseriseri, baik dalam menyiapkan makanan dan hidangan sehari-hari ataupun dalam seketiduran. Jadi salah sekali, apabila seseorang wanita itu malahan berpakaian serba kusut ketika di rumah, tetapi di saat keluar rumah lalu bersolek seindah-indahnya.
Juga salah pula apabila seorang isteri itu kurang memperhatikan keadaan dan selera suaminya dalam hal makan minumnya, ataupun dalam cara melayaninya dalam persetubuhan.


Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported:
Messenger of Allah (ﷺ) said, "The strong man is not one who is good at wrestling, but the strong man is one who controls himself in a fit of rage."
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏ "‏ليس الشديد بالصرعة، إنما الشديد الذى يملك نفسه عند الغضب‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Abu Hurariah r.a. bahwa

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Bukanlah orang yang keras - kuat - itu dengan banyaknya berkelahi, hanya orang-orang yang keras - kuat - ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu sedang marah-marah."
(Muttafaq 'alaih)

Ashshura-ah dengan dhammahnya shad dan fathahnya ra', menurut asalnya bagi bangsa Arab, artinya ialah orang yang suka sekali menyerang atau membanting orang banyak (sampai terbaring atau tidak sadarkan diri).


Sulaiman bin Surad (May Allah be pleased with him) reported:
I was sitting with the Prophet (ﷺ) when two men began to quarrel and curse each other and the face of one of them turned red and the veins of his neck were swollen (from rage). Messenger of Allah (ﷺ) said, "I know of a word, if he were to utter that, his rage would vanish and that is: A'udhu billahi minash-Shaitan nir-rajim (I seek refuge with Allah from Satan, the accursed)." So they (Companions) said to him: "The Prophet (ﷺ) tells you to utter: 'I seek refuge with Allah from Satan, the accursed".
[Al-Bukhariand Muslim].

وعن سليمان بن صرد رضي الله عنه قال‏:‏ كنت جالساً مع النبي صلى الله عليه وسلم، ورجلان يستبان، وأحدهما قد احمر وجهه، وانتفخت أوداجه‏.‏ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏"‏ إني لأعلم كلمة لو قالها لذهب عنه ما يجد، لو قال‏:‏ أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ذهب منه ما يجد‏"‏‏.‏ فقال له‏:‏ إن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏"‏ تعوذ بالله من الشيطان الرجيم‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏


Dari Sulaiman bin Shurad r.a., katanya: "Saya duduk bersama Nabi (ﷺ) dan di situ ada dua orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan kawannya. Salah seorang dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan membesarlah urat lehernya.

Kemudian Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Sesungguhnya saja niscayalah mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah hilang apa yang ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan: "A'udzu billahi minasy syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu."

Orang-orang lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya tadi: "Sesungguhnya Nabi (ﷺ) bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaitan yang dirajam."
(Muttafaq 'alaih)


Mu'adh bin Anas (May Allah be pleased with him) reported:
The Prophet (ﷺ) said, "The one who suppresses anger and has the power to give effect to it, will be called out by Allah, the Exalted, to the forefront of the creatures on the Day of Resurrection and he will be asked to choose any of the virgins (Hur) of his liking".
[Abu Dawud and At-Tirmidhi].

وعن معاذ بن أنس رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏ "‏ من كظم غيظاً ، وهو قادر على أن ينفذه، دعاه الله سبحانه وتعالى على رؤوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور العين ما شاء‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه أبو داود، والترمذي وقال‏:‏ حديث حسن‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Mu'az bin Anas r.a. bahwa

Rasulullah (ﷺ). bersabda:
"Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia kuasa untuk meneruskannya - melaksanakannya - maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengundangnya di hadapan kepala - yakni disaksikan -sekalian makhluk pada hari kiamat, sehingga disuruhnya orang itu memilih bidadari-bidadari yang membelalak matanya dengan sesuka hatinya."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadist hasan.


Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported:
A man asked the Prophet (ﷺ) for an advice and he (ﷺ) said, "Do not get angry". The man repeated that several times and he replied, "Do not get angry".
[Al-Bukhari].

وعن أبي هريرة رضي الله عنه ، أن رجلاً قال للنبي صلى الله عليه وسلم‏:‏ أوصني، قال‏:‏ ‏"‏لا تغضب‏"‏ فردد مراراً، قال‏:‏ ‏"‏ لاتغضب‏"‏ رواه البخاري‏.‏

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Rasulullah (ﷺ).: "Berilah wasiat padaku."

Beliau (ﷺ) bersabda:
"Jangan marah."

Orang itu mengutanginya berkali-kali tetapi

Rasulullah (ﷺ) tetap bersabda:
"Janganlah marah."
(Riwayat Bukhari)

Keterangan:
Yang dijelaskan sehubungan dengan hadist ini ialah:
Orang yang bertanya itu menurut riwayat ada yang mengatakan dia itu ialah Ibnu Umar, ada yang mengatakan Haritsah atau Abuddarda'. Mungkin juga memang banyak yang bertanya demikian itu.
Kita dilarang marah ini apabila berhubungan dengan sesuatu yang hanya mengenai hak diri kita sendiri atau hawa nafsu. Tetapi kalau berhubungan dengan hak-hak Allah, maka wajib kita pertahankan sekeras-kerasnya, misalnya agama Allah dihina orang, al-Quran diinjak-injak atau dikencingi, alim ulama diolok-olok padahal tidak bersalah dan lain-lain sebagainya. Yang bertanya itu mengulangi berkali-kali seolah-olah meminta wasiat yang lebih penting, namun beliau tidak menambah apa-apa. Hal ini karena menahan marah itu sangat besar manfaat dan faedahnya.
Kalau kita ingat-ingat, bahwa timbulnya semua kerusakan di dunia ini sebagian besar ialah karena manusia ini tidak dapat mengekang hawa nafsu dan syahwatnya, tidak suka menahan marah, sehingga menimbulkan darah mendidih dan akhirnya ingin menghantam dan membalas dendam.


Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported:
Messenger of Allah (ﷺ) said, "A Muslim, male or female, continues to remain under trial in respect of his life, property and offspring until he faces Allah, the Exalted, with no sin record".
[At- Tirmidhi].

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏ "‏ ما يزال البلاء بالمؤمن والمؤمنة في نفسه وولده ة وماله حتى يلقى الله تعالى وما عليه خطيئة‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Abu Hurairah r.a., katanya:

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Tidak henti-hentinya bencana - bala' - itu mengenai seseorang mu'min, lelaki atau perempuan, baik dalam dirinya sendiri, anaknya ataupun hartanya, sehingga ia menemui Allah Ta'ala dan di atasnya tidak ada lagi sesuatu kesalahanpun."

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih.


Ibn 'Abbas (May Allah be pleased with them) reported:
'Uyainah bin Hisn came to Al-Madinah and stayed with his nephew Hurr bin Qais who was among those whom Umar (May Allah be pleased with him) showed favour to. The knowledgeable people (Qurra'), whether they were old or young, had the privilege of joining Umar's council and he used to consult them. 'Uyainah said to Hurr: "My nephew, the Leader of the Believers shows favour to you. Will you obtain permission for me to sit with him?" Hurr asked 'Umar and he accorded permission. When 'Uyainah came into the presence of 'Umar, he addressed him thus: "O son of Khattab, you neither bestow much on us nor deal with us justly." 'Umar (May Allah be pleased with him) got angry and was about to beat him up when Hurr said: ''O Leader of the Believers, Allah said to His Prophet (ﷺ): ' Show forgiveness, enjoin what is good, and turn away from the foolish (i.e., don't punish them).' (7:199) This one is from the ignorants. When Hurr recited this, 'Umar became quite motionless in his seat. He always adhered strictly to the Book of Allah.
[Al-Bukhari].

وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال‏:‏ قدم عيينة بن حصن فنزل على ابن أخيه الحر بن قيس، وكان من النفر الذين يدنيهم عمر رضي الله عنه، وكان القراء أصحاب مجلس عمر رضي الله عنه ومشاورته كهولاً كانوا أو شباناً، فقال عيينة لابن أخيه ‏:‏ يا ابن أخي لك وجه عند هذا الأمير فاستأذن لي عليه، فاستأذن فأذن عمر‏.‏ فلما دخل قال‏:‏ هِىَ يا ابن الخطاب، فوالله ما تعطينا الجزل ولا تحكم فينا بالعدل، فغضب عمر رضي الله عنه حتى همّ أن يوقع به، فقال له الحر‏:‏ يا أمير المؤمنين إن الله تعالى قال لنبيه صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏{‏خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين‏}‏ ‏(‏‏(‏الأعراف ‏:‏198‏)‏‏)‏‏.‏ وإن هذا من الجاهلين، والله ما جاوزها عمر حين تلاها، وكان وقافاً عند كتاب الله تعالى‏.‏ ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang - di Madinah, kemudian turun - sebagai tamu - pada anak saudaranya - sepupunya - yaitu Alhur bin Qais. Alhur 'Adalah salah seorang dari sekian banyak orang-orang yang didekat-kan oleh Umar r.a. - yakni dianggap sebagai orang dekat dan sering diajak bermusyawarah, karena para ahli baca al-Quran - yang pandai maknanya - adalah menjadi sahabat-sahabat yang menetap di majlis Umar r.a. serta orang-orang yang diajak bermusyawarah olehnya, baik orang-orang tua maupun yang masih muda-muda usianya.

'Uyainah berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku engkau mempunyai wajah - banyak diperhatikan - di sisi Amirul mu'minin ini. Cobalah meminta izin padanya supaya aku dapat menemuinya. Saudaranya itu memintakan izin untuk 'Uyainah lalu Umarpun mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk, lalu ia berkata: "Hati-hatilah,hai putera Alkhaththab - yaitu Umar, demi Allah, tuan tidak memberikan banyak pemberian - kelapangan hidup - pada kita dan tidak pula tuan memerintah di kalangan kita dengan keadilan." Umar r.a. marah sehingga hampir-hampir saja akan menjatuhkan hukuman padanya. Alhur kemudian berkata: "Ya Amirul mu'minin, sesungguhnya

Allah Ta'ala berfirman kepada RasulNya (ﷺ) - yang artinya:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
khudzi al'afwa wa/mur bial'urfi wa-a'ridh 'ani aljaahiliina

"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh."
(QS. Al A`raaf [7]:199)

Dan ini - yakni 'Uyainah - adalah termasuk golongan orang-orang yang bodoh. Demi Allah, Umar tidak pernah melaluinya - melanggarnya - di waktu Alhur membacakan itu. Umar adalah seorang yang banyak berhentinya - amat mematuhi - di sisi Kitabullah Ta'ala.
(Riwayat Bukhari)


 Ibn Mas'ud (May Allah be pleased with him) reported:
Messenger of Allah (ﷺ) said, "You will see after me favouritism and things which you will disapprove of." They submitted: "What do you order us to do (under such circumstances)?" He replied, "Discharge your obligations and ask your rights from Allah".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن ابن مسعود رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏ "‏ إنها ستكون بعدي أثرة وأمور تنكرونها ‏!‏ قالوا‏:‏ يا رسول الله فما تأمرنا‏؟‏ قال‏:‏ تؤدون الحق الذى عليكم ، وتسألون الله الذى لكم‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwa

Rasulullah (ﷺ) bersabda:
"Sesungguhnya saja akan terjadi sesudahku nanti cara mementingkan diri sendiri - sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya - dan juga beberapa perkara yang engkau semua akan mengingkarinya."

Orang-orang semua berkata: "Ya Rasulullah, maka apakah yang akan Tuan perintahkan pada kita - kaum Muslimin.

Beliau (ﷺ) bersabda:
"Supaya engkau semua menunaikan hak yang menjadi kewajibanmu untuk dilaksanakan dan mohonlah kepada Allah akan hak yang memang menjadi milikmu semua."
(Muttafaq 'alaih)


Usaid bin Hudhair (May Allah be pleased with him) reported that:
A person from among the Ansar said, "O Messenger of Allah! You appointed such and such person and why do you not appoint me?" Messenger of Allah (ﷺ) said, "After me you will see others given preference to you, but you should remain patient till you meet me at the Haud (Al- Kauthar in Jannah)".
[Al-Bukhari and Muslim].

وعن أبي يحيى أسيد بن حضير رضي الله عنه أن رجلاً من الأنصار قال‏:‏ يا رسول الله ألا تستعملني كما استعملت فلاناً فقال‏:‏ ‏ "‏إنكم ستلقون بعدي أثرة، فاصبروا حتى تلقوني على الحوض‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Abu Yahya yaitu Usaid bin Hudhair r.a. bahwa ada seorang lelaki dari kaum Anshar berkata: "Ya Rasulullah, mengapakah tuan tidak menggunakan saya sebagai pegawai, sebagaimana tuan juga menggunakan si Fulan dan Fulan itu?"

Beliau (ﷺ) lalu bersabda:
"Sesungguhnya engkau semua akan menemui sesudahku nanti suatu cara mementingkan diri sendiri - sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya, maka dari itu bersabarlah, sehingga engkau semua menemui aku di telaga - pada hari kiamat."
(Muttafaq 'alaih)


'Abdullah bin Abu Aufa (May Allah be pleased with him) reported:
The Messenger of Allah (ﷺ) at one time when he confronted the enemy, and was waiting for the sun to set, stood up and said, "O people! Do not long for encountering the enemy and supplicate to Allah to grant you security. But when you face the enemy, show patience and steadfastness; and keep it in mind that Jannah lies under the shade of the swords." Then he invoked Allah, saying, "O Allah, Revealer of the Book, Disperser of the clouds, Defeater of the Confederates, put our enemy to rout and help us in over-powering them".
[Al- Bukhari and Muslim].

وعن أبي إبراهيم عبد الله بن أبي أوفى رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم في بعض أيامه التي لقي فيها العدو، انتظر حتى إذا مالت الشمس قام فيهم فقال‏:‏ ‏"‏ يا أيها الناس لا تتمنوا لقاء العدو، واسألوا الله العافية، فإذا لقيتموهم فاصبروا، واعلموا أن الجنة تحت ظلال السيوف‏"‏ ثم قال النبي صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏"‏ اللهم منزل الكتاب ومجري السحاب ، وهازم الأحزاب، اهزمهم وانصرنا عليهم‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ وبالله التوفيق‏.‏

Dari Abu Ibrahim, yaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah (ﷺ) pada suatu hari di waktu beliau itu bertemu dengan musuh, beliau menantikan sehingga matahari condong - hendak terbenam - beliau lalu berdiri di muka orang banyak,

Kemudian bersabda:
"Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jika engkau semua menemui musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwa surga itu ada di bawah naungan pedang."

Selanjutnya Nabi (ﷺ) bersabda:
"Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, Yang menghancur-leburkan gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah mereka itu dan berilah kita semua kemenangan atas mereka."
(Muttafaq 'alaih)

Wabillahit taufiq (Dan dengan Allah itulah adanya pertolongan).

Keterangan:
Dalam mengulas sabda Rasulullah (ﷺ) yang berbunyi:
"Surga itu ada di bawah naungan pedang."
Imam al-Qurthubi berkata: "Ucapan itu adalah suatu pertanda betapa indahnya susunan kalimat yang digunakan oleh Rasulullah (ﷺ). Sedikit kata-katanya, tetapi luas pengertiannya.
Maksudnya ialah bahwa letak surga itu dengan memberikan perlawanan kepada musuh, manakala mereka telah memulai menyerang kedudukan kita. Jika sudah dalam keadaan terjepit dan musuh sudah menyerbu dekat sekali dengan tempat pertahanan kita, maka tiada jalan lain, kecuali dengan beradu kekuatan, yakni pedanglah yang wajib digunakan untuk penyelesaian, menang atau kalah.
Jika pedang kaum Muslimin sudah beradu dengan pedang musuh, masing-masing pihak menangkis serangan musuhnya, pedang meninggi dan merendah, sampai-sampai bayangannya tampak jelas.
Naungan pedang itulah yang menyebabkan kaum Muslimin akan memperoleh kebahagiaan dalam dua keadaan:
  • Jika kalah dan mati, gugurlah sebagai pejuang syahid dan pasti masuk surga tanpa dihisab. Di kalangan ummatpun menjadi harum namanya.
  • Jika menang dan selamat sampai dapat kembali ke rumah ia juga akan merasakan kenikmatan surga dunia, hidup dalam keluhuran dan kejayaan.
Klik Di Sini
•[Daftar Isi]•
[Bab 2]•[Bab 4]•
kx2bab-eaxeexka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar