Rabu, 21 Januari 2015

Bab 25 - Perintah Menunaikan Amanat



BAB 25.
PERINTAH MENUNAIKAN AMANAT

Allah Ta'ala berfirman:

۞ إِنَّ اللَّهَ يَأمُرُكُم أَن تُؤَدُّوا الأَماناتِ إِلىٰ أَهلِها وَإِذا حَكَمتُم بَينَ النّاسِ أَن تَحكُموا بِالعَدلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كانَ سَميعًا بَصيرًا
inna allaaha ya/murukum an tu-adduu al-amaanaati ilaa ahlihaa wa-idzaa hakamtum bayna alnnaasi an tahkumuu bial'adli inna allaaha ni'immaa ya'izhukum bihi inna allaaha kaana samii'an bashiiraan

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Indeed Allah commands you to deliver the trusts to their [rightful] owners, and, when you judge between people, to judge with fairness. Excellent indeed is what Allah advises you. Indeed Allah is all-hearing, all-seeing.
(QS. An Nisa' [4]:58)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

إِنّا عَرَضنَا الأَمانَةَ عَلَى السَّماواتِ وَالأَرضِ وَالجِبالِ فَأَبَينَ أَن يَحمِلنَها وَأَشفَقنَ مِنها وَحَمَلَهَا الإِنسانُ ۖ إِنَّهُ كانَ ظَلومًا جَهولًا
innaa 'aradhnaa al-amaanata 'alaa alssamaawaati waal-ardhi waaljibaali fa-abayna an yahmilnahaa wa-asyfaqna minhaa wahamalahaa al-insaanu innahu kaana zhaluuman jahuulaan

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat {1234} [18] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,"
{1234} Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
[18] Amanat, artinya segala sesuatu yang diamanatkan atau diperintahkan untuk melaksanakannya, baik berupa perintah larangan, urusan keagamaan atau keduniaan.

Indeed We presented the Trust to the heavens and the earth and the mountains, but they refused to bear it, and were apprehensive of it; but man undertook it. Indeed he is most unfair and senseless.
(QS. Al Ahzab [33]:72)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Abu Hurairah (May Allah bepleased with him) reported:
Messenger of Allah (ﷺ) said, "There are three signs of a hypocrite: When he speaks, he lies; when he makes a promise, he breaks it; and when he is trusted, he betrays his trust."
[Al-Bukhari and Muslim].
Another narration adds the words: 'Even if he observes fasts, performs Salat and asserts that he is a Muslim".

عن أبي هريرة ، رضي الله عنه ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ “آية المنافق ثلاث‏:‏ إذا حدث كذب، وإذا وعد أخلف، وإذا أؤتمن خان‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhuma ,bahwa

Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
"Tanda orang munafik itu tiga macam yaitu jikalau berkata dusta, jikalau berjanji menyalahi - tidak menepati - dan jikalau diamanati - dipercaya untuk memegang sesuatu amanat - lalu berkhianat."
(Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan-dengan tambahan: "Sekalipun ia berpuasa, bersembahyang dan menyangka bahwa ia seorang muslim."


Hudhaifah bin Al-Yaman (May Allah bepleased with him) reported:
Messenger of Allah (ﷺ) foretold to us two Ahadith. I have seen one (being fulfilled), and I am waiting for the other. He (ﷺ) told us, "Amanah (the trust) descended in the innermost (root) of the hearts of men (that is, it was in their heart innately, by Fitrah, or pure human nature). Then the Qur'an was revealed and they learnt from the Quran and they learned from the Sunnah." Then the (Prophet (ﷺ)) told us about the removal of Amanah. He said, "The man would have some sleep, and Amanah would be taken away from his heart leaving the impression of a faint mark. He would again sleep, and Amanah would be taken away from his heart leaving an impression of a blister, as if you rolled down an ember on your foot and it was vesicled. He would see a swelling having nothing in it." He (the Prophet (ﷺ)) then took up a pebble and rolled it over his foot and said, "The people would enter into transactions with one another and hardly a person would be left who would return (things) entrusted to him (and there would look like an honest person) till it would be said: 'In such and such tribe there is a trustworthy man.' And they would also say about a person: 'How prudent he is! How handsome he is and how intelligent he is!' whereas in his heart there would be no grain of Faith." Hudhaifah bin Al-Yaman (May Allah bepleased with him) added: I had a time when I did not care with whom amongst you I did business, I entered into a transaction, for if he were a Muslim, his Faith would compel him to discharge his obligation to me; and if he were a Christian or a Jew, his guardian (surety) would compel him to discharge his obligation to me. But today I would not enter into a transaction except with so-and-so.
[Al-Bukh ri and Muslim].

وعن حذيفة بن اليمان‏.‏ رضي الله عنه ، قال‏:‏ حدثنا رسول الله، صلى الله عليه وسلم، حديثين قد رأيت أحدهما، وأنا أنتظر الآخر‏:‏ حدثنا أن الأمانة نزلت في جذر قلوب الرجال، ثم نزل القرآن فعلموا من القرآن، وعلموا من السنة، ثم حدثنا عن رفع الأمانة فقال‏:‏ ‏"‏ينام الرجل النومة فتقبض الأمانة من قلبه، فيظل أثرها مثل الوكت، ثم ينام النومة فتبض الأمانة من قلبه، فيظل أثرها مثل أثر المجل، كجمر دحرجته على رجلك، فنفط فتراه منتبرًا وليس فيه شيء ‏"‏ ثم أخذ حصاة فدحرجه على رجله ‏"‏فيصبح الناس يتبايعون، فلا يكاد أحد يؤدي الأمانة حتى يقال‏:‏” إن في بني فلان رجلاً أمينًا، حتى يقال للرجل، ما أجلده ما أظرفه، ما أعقله‏!‏ وما في قلبه مثقال حبة من خردل من إيمان ‏.‏ ولقد أتى علي زمان وما أبالي أيكم بايعت؛ لئن كان مسلمًا ليردنه علي دينه، ولئن كان نصرانيا أو يهودياً ليردنه علي ساعيه، وأما اليوم فما كنت أبايع منكم إلا فلانًا و فلانًا‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ ‏.‏

Dari Hudzaifah bin al-Yaman radhiallahu ‘anhuma katanya: "Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam, memberitahukan kepada kita dua Hadist, yang sebuah sudah saya ketahui sedang yang lainnya saya menantinantikan.
Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam memberitahukan kepada kita , bahwa amanat itu turun dalam dasar asli dari hati orang-orang, kemudian turunlah al-Quran. Orang-orang itu lalu mengetahuinya dari al-Quran dan mengetahuinya pula dari as-Sunnah. Selanjutnya Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam memberitahukan kepada kita tentang lenyapnya amanat itu,

Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
Seseorang itu tidur setiduran, lalu diambillah amanat itu dari hatinya, kemudian tertinggallah bekasnya itu bagaikan bekas yang ringan. Selanjutnya ia tidur seketiduran lagi, lalu diambillah amanat itu dari hatinya, kemudian tertinggallah bekasnya bagaikan lepuhnya tangan - sehabis mengerjakan sesuatu. Jadi seperti suatu bara api yang engkau gelindingkan pada kakimu, kemudian melepuhlah, engkau lihat ia meninggi, tetapi tidak ada apa-apanya."

Di kala menceriterakan ini Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam mengambil sebuah kerikil lalu digelindingkan ke arah kakinya.

Kemudian orang-orang sama berjual-beli lebih awal, maka hampir saja tak seorangpun yang suka menunaikan amanat, sampai-sampai dikatakan: "Bahwa di kalangan Bani Fulan itu ada seorang yang amat baik memegang amanat - terpercaya, sehingga kepada orang tersebut dikatakan: "Alangkah giatnya ia bekerja, alangkah indah pekerjaannya, alangkah pula cerdiknya. Padahal dalam hatinya sudah tidak ada lagi keimanan walaupun hanya seberat timbangan biji sawi.

"Niscaya akan datang padaku suatu zaman, sayapun tidak memperdulikan, manakah di antara engkau semua yang saya beri bai'at. Jikalau ia seorang muslim, hendaklah kembali saja agamanya itu kepadaku - supaya tidak berkhianat - dan jikalau ia seorang Nasrani atau Yahudi, baiklah walinya saja yang kembali padaku -supaya amanat itu dipikulnya dan lenyaplah tanggungan Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam daripadanya. Adapun pada hari ini, maka saya tidak pernah membai'at seseorang di antara engkau semua, melainkan si Fulan dan si Fulan itu saja."
(Muttafaq 'alaih)


Hudhaifah and Abu Hurairah (May Allah be pleased with them) reported that they heard Messenger of Allah (ﷺ) saying, "Allah will assemble mankind, and the believers will stand till Jannah will be brought near them. They will then go to Adam (ﷺ) and say, `O our father, ask (Allah (SWT), that Jannah may be opened for us, but he will reply:
`There was nothing that put you out of Jannah except your father's sin. I am not the one to do that, go to my son Ibrahim (Abraham), the beloved man of Allah.' Then Ibrahim (ﷺ) when approached, will say: `I am not the one to do that, for I was only a friend; and that is not a lofty status but ask Musa (Moses) to whom Allah spoke.' They will then go to Musa (ﷺ) but he will say: `I am not the one to do that; go to `Isa (Jesus), Allah's Word and spirit.' `Isa (ﷺ) will say: `I am not the one to do that.' So they will come to me; and I will stand and be given permission. Amanah and ties of relationship will be sent forth and will stand on the sides of the Sirat (that is, the Bridge set over Hell-fire) right and left, and the first of you will pass like lightning.'' I said (that is Abu Hurairah (May Allah be pleased with him)" :I ransom you with my father and mother, what is like the movement of lightning?'' The Messenger of Allah replied, "Have you not seen how the lightning goes and returns in the twinkling of an eye? Next (group will pass) like the passing of the breeze, next like the passing of a bird, and the next with the speed of a running man, according to the quality of their deeds. (During all this time) your Prophet (ﷺ) will remain standing on the Bridge saying: `O my Rubb, keep (them) safe, keep (them) safe,' till men's deeds are so weak that a man comes who will be able only to crawl. On both sides of the Bridge pronged flesh hooks, placed under command will be hung and will seize those about whom they receive command, some people being lacerated and escaping and others being thrown violently into Hell.'' Abu Hurairah added: By Him in Whose Hand Abu Hurairah's soul is, the pit of Jahannam (Hell) is seventy years in depth.
[Muslim].

وعن حذيفة، وأبي هريرة، رضي الله عنهما ، قالا‏:‏ قال رسول الله، صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏"‏يجمع الله، تبارك وتعالى الناس، فيقوم المؤمنون حتى تزلف لهم الجنة، فيأتون آدم، صلوات الله عليه، فيقولون‏:‏ يا أبانا استفتح لنا الجنة، فيقول‏:‏ وهل أخرجكم من الجنة إلا خطيئة أبيكم ‏!‏ لست بصاحب ذلك، اذهبوا إلى ابني إبراهيم خليل الله، قال‏:‏ فيأتون إبراهيم، فيقول إبراهيم‏:‏ لست بصاحب ذلك ، اذهبوا إلى موسى الذي كلمه الله تكليمًا، فيأتون موسى، فيقول‏:‏ لست بصاحب ذلك؛ اذهبوا إلى عيسى كلمة الله وروحه‏.‏ فيقول عيسى‏:‏ لست بصاحب ذلك‏.‏ فيأتون محمدًا صلى الله عليه وسلم، فيقوم فيؤذن له، وترسل الأمانة والرحم فتقومان جنبتي الصراط يمينًا وشمالاً، فيمر أولكم كبالبرق‏"‏ قلت‏:‏ بأبي وأمي، أي شيء كمر البرق‏؟‏ قال‏:‏ “ألم تروا كيف يمر ويرجع في طرفة عين‏؟‏ ثم كمر الريح، ثم كمر الطير، وأشد الرجال تجري بهم أعمالهم، ونبيكم قائم على الصراط يقول‏:‏‏"‏ رب سلم سلم، حتى تعدز أعمال العباد، حتى يجيء الرجل لا يستطيع السير إلا زحفاً، وفي حافتي الصراط كلاليب معلقة مأمورة بأخذ من أمرت به، فمخدوش ناج، ومكردس في النار‏"‏ والذي نفس أبي هريرة بيده إن قعر جهنم لسبعون خريفًا‏.‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Hudzaifah dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma, keduanya berkata:

Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
"Allah Tabarakawa Ta'ala mengumpulkan seluruh manusia lalu berdirilah kaum mu'minin sehingga didekatkanlah syurga untuk mereka. Mereka mendatangi Adam shalawatullah 'alaih, lalu berkata: "Hai bapak kita, mohonkanlah untuk kita supaya syurga itu dibuka."

Adam menjawab: "Bukankah yang menyebabkan keluarnya engkau semua dari syurga itu, tiada lain kecuali kesalahan bapakmu semua ini. Bukan aku yang dapat berbuat sedemikian itu. Pergilah ke tempat anakku Ibrahim, kekasih Allah."

Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam meneruskan:
"Selanjutnya Ibrahim berkata: "Bukannya aku yang dapat berbuat sedemikian itu, hanyasanya aku ini sebagai kekasih dari belakang itu, dari belakang itu - maksudnya untuk sampai ke tingkat yang setinggi itu tidak dapat aku melakukannya [19].
Pergilah menuju Musa yang Allah telah berfirman kepadanya secara langsung." Mereka mendatangi Musa, lalu Musa berkata: "Bukannya aku yang dapat berbuat sedemikian itu. Pergilah ke tempat Isa, sebagai kalimatullah - disebut demikian karena diwujudkan dengan firman Allah: Kunduna abin artinya "Jadilah tanpa ayah - dan juga sebagai ruhullah - maksudnya mempunyai ruh dari Allah dan dengannya dapat menghidupkan orang mati atau hati yang mati."
Seterusnya setelah didatangi Isa berkata: "Bukan aku yang dapat berbuat sedemikian itu." Kemudian mereka mendatangi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam, lalu Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam berdiri - di bawah 'Arasy - dan untuknya diizinkan memohonkan sesuatu.
Pada saat itu amanat dan kekeluargaan dikirimkan, keduanya berdiri di kedua tepi Ash-Shirath - jembatan, yaitu sebelah kanan dan kiri. Maka orang yang pertama-tama dari engkau dan semua itu dilaluinya dengan kecepatan laksana kilat.
"
[19] Kata-kata sedemikian itu diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s. sebagai tanda merendahkan diri.

Saya - yang merawikan Hadist - bertanya: "Bi-abi wa ummi, bagaimanakah benda yang berlalu secepat kilat?" Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam menjawab: "Tidakkah engkau semua mengetahui, bagaimana ia berlalu dan kemudian kembali dalam sekejap mata. Kemudian yang berikutnya dapat melalui AshShirath sebagai jalannya angin, kemudian sebagai terbangnya burung, lalu sebagai seorang yang berlari kencang.
Bersama mereka itu berjalan pulalah amalan-amalan mereka sedang Nabimu ini - Muhammad Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam - berdiri di atas Ash-Shirath tadi sambil mengucapkan: "Ya Tuhanku, selamat-kanlah, selamatkanlah." Demikian itu hingga hambahamba yang lemah amalan-amalannya, sampai-sampai ada seorang lelaki yang datang dan tidak dapat berjalan melainkan dengan merangkak -sebab ketiadaan kekuatan amalnya untuk membuat ia dapat berjalan baik."
Pada kedua tepi Ash-shirath itu ada beberapa kait yang digantungkan dan diperintah untuk menyambar orang yang diperintah untuk disambarnya. Maka dari itu ada orang yang tergaruk tubuhnya, tetapi lepas lagi - selamat - dan ada yang terpelanting ke dalam neraka - yang sebagian menindihi sebagian orang yang lain.
Demi Zat yang jiwa Abu Hurairah ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya dasar bawah neraka Jahanam niscayalah sejauh tujuhpuluh tahun perjalanan."
(HR. Muslim)

Ucapannya Waraa-a, Waraa-a, itu dibaca dengan fathahnya kedua hamzah dan ada yang mengatakan bahwa kedua hamzahnya didhammahkan tan pa ditanwinkan. Adapun maknanya ialah: "Bukannya aku yang dapat menempati derajat yang setinggi itu." Ini adalah kata-kata yang disebutkan untuk menyatakan tawadhu' yakni merendahkan diri.
Hal ini telah saya (Imam an-Nawawi) kupas maknanya dalam syarah kitab Shahih Muslim.
Wallaahu a'lam.


Abu Khubaib 'Abdullah bin Az-Zubair (May Allah bepleased with them) reported:
When Az-Zubair, got ready to fight in the battle of Al- Jamal, he called me and said: "My son, whoever is killed today will be either a wrongdoer or a wronged one. I expect that I shall be the the wronged one today. I am much worried about my debt. Do you think that anything will be left over from our property after the payment of my debt? My son, sell our property and pay off my debt." Az-Zubair then willed one-third of that portion to his sons; namely 'Abdullah's sons. He said, "One-third of the one-third. If any property is left after the payment of debts, one-third (of the one-third of what is left is to be given to your sons." (Hisham, a subnarrator added: "Some of the sons of 'Abdullah were equal in age to the sons of Az-Zubair, e.g., Khubaib and Abbad. 'Abdullah had nine sons and nine daughters at that time)". (The narrator 'Abdullah added:) He kept on instructing me about his debts and then said: "My son, should you find yourself unable to pay any portion of my debt then beseech my Master for His help." By Allah, I did not understand what he meant and asked: "Father, who is your Master?" He said: "Allah." By Allah! Whenever I faced a difficulty in discharging any portion of his debt; I would pray: "O Master of Zubair, discharge his debt," and He discharged it. Zubair was martyred. He left no money, but he left certain lands, one of them in Al-Ghabah, eleven houses in Al-Madinah, two in Basrah, one in Kufah and one in Egypt. The cause of his indebtedness was that a person would come to him asking him to keep some money of his in trust for him. Zubair would refuse to accept it as a trust, fearing it might be lost, but would take it as a loan. He never accepted a governorship, or revenue office, or any public office. He fought along with Messenger of Allah (ﷺ) and Abu Bakr, 'Umar and 'Uthman (May Allah be pleased with them).

'Abdullah added: I prepared a statement of his debts and they amounted to two million and two hundred thousand! Hakim bin Hizam met me and asked me: "Nephew, how much is due from my brother as debt?" I kept it as secret and said: "A hundred thousand." Hakim said: "By Allah! I do not think your assets are sufficient for the payment of these debts." I said: "What would you think if the amount were two million and two hundred thousand?" He said: "I do not think that you would be able to clear off the debts. If you find it difficult let me know."

Az-Zubair (May Allah bepleased with him) had purchased the land in Al-Ghabah for a hundred and seventy thousand. 'Abdullah sold it for a million and six hundred thousand, and declared that whosoever had a claim against Az-Zubair (May Allah bepleased with him) should see him in Al-Ghabah. 'Abdullah bin Ja'far (May Allah bepleased with him) came to him and said: "Az- Zubair (May Allah bepleased with him) owed me four hundred thousand, but I would remit the debt if you wish." 'Abdullah (May Allah bepleased with him) said: "No." Ibn Ja'far said: ''If you would desire for postponement I would postpone the recovery of it." 'Abdullah said: "No." Ibn Ja'far then said: "In that case, measure out a plot for me." 'Abdullah marked out a plot. Thus he sold the land and discharged his father's debt. There remained out of the land four and a half shares. He then visited Mu'awiyah who had with him at the time 'Amr bin 'Uthman, Al-Mundhir bin Az-Zubair and Ibn Zam'ah (May Allah bepleased with them). Mu'awiyah (May Allah bepleased with him) said: "What price did you put on the land in Al-Ghabah?" He said: "One hundred thousand for a each share. Mu'awiyah inquired: "How much of it is left?" 'Abdullah said: "Four and a half shares." Al-Mundhir bin Az-Zubair said: "I will buy one share for a hundred thousand". 'Amr bin 'Uthman said: "I will buy one share for a hundred thousand". Ibn Zam'ah said: "I will buy one share for a hundred thousand." Then Mu'awiyah asked: "How much of it is now left?" 'Abdullah said: "One and a half share. Mu'awiyah said: "I will take it for one hundred and fifty thousand." Later 'Abdullah bin Ja'far sold his share to Mu'awiyah for six hundred thousand.

When 'Abdullah bin Az-Zubair (May Allah bepleased with him) finished the debts, the heirs of Az-Zubair (May Allah bepleased with him) asked him to distribute the inheritance among them. He said: "I will not do that until I announce during four successive Hajj seasons: 'Let he who has a claim against Az-Zubair come forward and we shall discharge it."' He made this declaration on four Hajj seasons and then distributed the inheritance among the heirs of Az-Zubair (May Allah bepleased with him) according to his will. Az- Zubair (May Allah bepleased with him) had four wives. Each of them received a million and two hundred thousand. Thus Az-Zubair's total property was amounted to fifty million and two hundred thousand.
[Al-Bukhari]

وعن أبي خُبيب -بضم الخاء المعجمة- عبد الله بن الزبير، رضي الله عنهما، قال‏:‏ لما وقف الزبير يوم الجمل دعاني فقمت إلى جنبه، فقال‏:‏ يا بني إنه لا يقتل اليوم إلا ظالم أو مظلوم ،وإني لا أرانى إلا سأقتل اليوم مظلوما، وإن من أكبر همي لديني، أفترى ديننا يبقي من مالنا شيئًا‏؟‏ ثم قال‏:‏ يا بني بع مالنا واقض ديني، وأوصى بالثلث وثلثه لبنيه، يعني لبني عبد الله بن الزبير ثلث الثلث‏.‏ قال فإن فضل من مالنا بعد قضاء الدين شيء فثلثه لبنيك ، قال هشام ‏:‏ وكان بعض ولد عبد الله قد وازى بعض بني الزبير خبيب وعباد، وله يومئذ تسعة بنين وتسع بنات‏.‏ قال عبد الله ‏:‏ فجعل يوصيني بدينه ويقول‏:‏ يا بنى إن عجزت عن شيء منه فاستعن عليه بمولاي‏.‏ قال فوالله ما دريت ما أراد حتى قلت‏:‏ يا أبت من مولاك‏؟‏ قال‏:‏ الله‏.‏ قال‏:‏ فوالله ما وقعت في كربةٍ من دينه إلا قلت‏:‏ يا مولى الزبير اقض عنه دينه، فيقضيه‏.‏ قال‏:‏ فقتل الزبير ولم يدع دينارًا ولا درهمًا إلا أرضين، منهما الغابة وإحدى عشرة دارًا بالمدينة، ودارين بالبصرة، ودارًا بالكوفة ودارًا بمصر‏.‏ قال‏:‏ وإنما كان دينه الذي كان عليه أن الرجل كان يأتيه بالمال، فيستودعه إياه، فيقول الزبير‏:‏ لا ولكن هو سلف إني أخشى عليه الضيعة‏.‏ وما ولي إمارة قط ولا جباية ولا خراجًا ولا شيئًا إلا أن يكون في غزو مع رسول الله صلى الله عليه وسلم، أو مع أبي بكر وعمر وعثمان رضي الله عنهم، قال عبد الله‏:‏ فحسبت ما كان عليه من الدين فوجدته ألفي ألف ومائتي ألف‏!‏ فلقى حكيم بن حزام عبد الله بن الزبير فقال‏:‏ يا ابن أخي كم على أخي من الدين‏؟‏ فكتمته وقلت ‏:‏ مائة ألف‏.‏ فقال حكيم‏:‏ والله ما أرى أموالكم تسع هذه ‏!‏ فقال عبد الله‏:‏ أرأيتك إن كانت ألف ألف‏؟‏ ومائتي ألف‏؟‏ قال‏:‏ ما أراكم تطيقون هذا، فإن عجزتم عن شيء منه فاستعينوا بي‏.‏ قال‏:‏ وكان الزبير قد اشترى الغابة بسبعين ومائة ألف، فباعها عبد الله بألف ألف وستمائة ألف ، ثم قام فقال‏:‏ من كان له على الزبير شيء فليوافنا بالغابة، فأتاه عبد الله بن جعفر، وكان له على الزبير أربعمائة ألف، فقال لعبد الله‏:‏ إن شئتم تركتها لكم‏؟‏ قال عبد الله‏:‏ لا، قال‏:‏ فإن شئتم جعلتموها فيما تؤخرون إن أخرتم، فقال عبد الله‏:‏ لا قال‏:‏ فاقطعوا لي قطعة، قال عبد الله‏:‏ لك من ههنا إلى ههنا‏.‏ فباع عبد الله منها، فقضى عنه دينه، وأوفاه وبقي منها أربعة أسهم ونصف، فقدم على معاوية وعنده عمرو بن عثمان، والمنذر بن الزبير، وابن زمعة فقال له معاوية‏:‏ كم قومت الغابة‏؟‏ قال ‏:‏ كل سهم بمائة ألف قال‏:‏ كم بقي منها‏؟‏ قال‏:‏ أربعة أسهم ونصف، فقال المنذر ابن الزبير‏:‏ قد أخذت منها سهمًا بمائة ألف، قال عمرو بن عثمان‏:‏ قد أخذت منها سهمًا بمائة ألف‏.‏ وقال ابن زمعة‏:‏ قد أخذت سهمًا بمائة ألف، فقال معاوية‏:‏ كم بقي منها‏؟‏ قال‏:‏ سهم ونصف سهم، قال‏:‏ قد أخذته بخمسين ومائة ألف ‏.‏ قال‏:‏ وباع عبد الله بن جعفر نصيبه من معاوية بستمائة ألف‏.‏ فلما فرغ ابن الزبير من قضاء دينه قال بنو الزبير ‏:‏ اقسم بيننا ميراثنا‏.‏ قال‏:‏ ‏:‏ والله لا أقسم بينكم حتى أنادي بالموسم أربع سنين ‏:‏ ألا من كان له على الزبير دين فليأتنا فلنقضه‏.‏ فجعل كل سنة ينادي في الموسم، فلما مضى أربع سنين قسم بينهم ودفع الثلث‏.‏ وكان للزبير أربع نسوة، فأصاب كل امراةٍ ألف ألف ومائتا ألف، فجميع ماله خمسون ألف ألف ومائتا ألف، رواه البخاري‏.‏


Dari Abu Khubaib, dengan dhammahnya kha' mu'jamah, yaitu Abdullah bin Zubair radhtallahu 'anhuma, katanya: "Ketika Zubair berdiri - menghadapi musuh - di waktu hari perang Jamal - antara sesama kaum Muslimin yakni pasukan Ali radhiallahu ‘anhuma dan Aisyah radhiallahu 'anha yang saat itu mengendarai unta, maka disebut perang Jamal - Zubair memanggil saya lalu sayapun berdiri didekatnya. fa berkata: "Hai anakku, sesungguhnya saja pada hari ini tidak ada seorangpun yang terbunuh, melainkan ia adalah seorang yang menganiaya atau seorang yang dianiaya - dan, bahwa aku merasakan bahwa aku akan dibunuh pada hari ini sebagai seorang yang dianiaya - karena membela yang benar dan ia ada di barisan Ali radhiallahu ‘anhuma [20]. Sesungguhnya salah satu daripada kedukaanku yang terbesar adalah hutangku. Adakah engkau menyangka bahwa hutangku itu akan masih dapat meninggalkan sesuatu harta kita? - maksudnya karena amat banyak sekali, maka apakah kiranya masih ada yang tertinggal jikalau semua itu digunakan untuk melunasinya,"
[20] Imam Ibnul Tin berkata: "Sebabnya ada yang dianggap penganiaya atau teraniaya, karena dua pihak seagama yang berperang itu ada yang termasuk golongan sahabat-5ahabat Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam yang dengan ikhlas hendak membela kebenaran kemudian terbunuh, Inilah yang dianggap orang yang teraniaya. Ada pula golongan yang bukan termasuk sahabat Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam yang dapat membunuh lawannya, sedang tujuan ikut berperang hanyalah semata-mata mengharapkan harta dunia. Maka itulah yang dianggap penganiaya.

Zubair melanjutkan ucapannya: "Hai anakku, jual sajalah harta kita itu dan lunasilah seluruh hutangku." Zubair mewasiatkan dengan sepertiga,dan sepertiga dari sepertiga diperuntukkan anak-anak Abdullah - yakni bahwa yang diwasiatkan untuk anak-anaknya Abdullah bin Zubair ialah sepertiganya sepertiga (sepersembilan).

Zubair berkata: "Jikalau ada kelebihan dari harta kita - setelah digunakan melunasi hutangnya, maka yang sepertiganya sepertiga adalah untuk anak-anakmu."

Hisyam berkata: "Anak Abdullah itu ada yang menentang -tidak sesuai dalam sesuatu hal - kepada anak-anaknya Zubair, yakni Khubaib dan 'Abad, sedang Zubair pada hari itu mempunyai sembilan orang anak lelaki dan sembilan orang anak perempuan." Abdullah bin Zubair berkata: "Maka mulailah Zubair mewasiatkan kepadaku perihal hutangnya dan ia berkata: "Hai anakku, jikalau engkau merasa lemah untuk melaksanakan sesuatu daripada melunasi hutang itu - artinya tidak ada lagi harta untuk mencukupinya maka mintalah pertolongan kepada Yang menguasai diriku?" Abdullah berkata: "Demi Allah, saya tidak mengerti sama sekali apa yang dimaksudkan olehnya - dengan kata-kata yang menguasainya itu, maka saya berkata: "Hai ayahku, siapakah yang menguasai ayah ini?" Ia berkata: "Yaitu Allah." Abdullah berkata: "Maka demi Allah, tiada satu waktupun saya merasa jatuh dalam kedukaan karena memikirkan hutang ayah itu, melainkan saya tentu berkata: "Wahai Yang menguasai Zubair, tunaikanlah hutang Zubair ini!" Maka Tuhan menunaikannya.

Abdullah berkata: "Selanjutnya Zubair terbunuh - dalam peperangan - dan ia tidak meninggalkan sedinar atau sedirhampun melainkan ada beberapa bidang tanah, di antaranya ialah Ghabah - sebidang tanah yang terkenal namanya di dekat Madinah, yakni di sebelah utaranya, sebeias buah rumah di Madinah, dua buah rumah di Bashrah dan sebuah rumah di Kufah, juga sebuah rumah di Mesir."

Abdullah berkata: "Sebenarnya saja sebabnya Zubair mempunyai hutang itu ialah karena apabila ada seorang lelaki datang padanya dengan membawa harta, lalu harta itu dimaksudkan olehnya akan dititipkan kepada Zubair, tetapi Zubair lalu berkata: "Jangan dititipkan, tetapi bolehlah itu menjadi pinjaman saja, karena sesungguhnya saya sendiri takut kalau harta itu hilang. Zubair tidak pernah menjabat sebagai penguasa negara sama sekali, tidak pula pernah mengusahakan pengulahan tanah ataupun memperoleh hasil pertanian, bahkan tidak pernah juga bekerja sesuatu apapun, melainkan ia pernah mengikuti peperangan beserta Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam atau bersama Abu Bakar, Umar atau Usman radhiallahu 'anhum - dan dengan demikian memperoleh bagian harta rampasan perang atau ghanimah."

Abdullah berkata: "Kemudian saya menghitung hutang yang menjadi tanggungannya. lalu saya dapatkan itu adalah sebanyak dua juta duaratus ribu - dirham." Hakim bin Hizam lalu menemur Abdullah bin Zubair dan berkata: "Hai anak saudaraku, berapa jumlahnya hutang yang menjadi tanggungan saudaraku-yakni Zubair - itu?" Saya -Abdullah - menyembunyikannya jumlah itu dan saya berkata: "Seratus ribu."

Hakim berkata: "Demi Allah, saya mengira bahwa hartamu tidak akan mencukupi untuk melunasr hutang sebanyak itu." Abdullah berkata: "Kalau begitu, bagaimana pengiraanmu, jikalau hutangnya yang sebenarnya itu ada duajuta duaratus ribu?" Ia berkata: "Saya kira, anda tidak akan kuat melunasi itu semua, tetapi jikalau anda merasa lemah - kesukaran - untuk melunasi sesuatu dari hutang Zubair itu, hendaklah meminta pertolongan padaku."

Abdullah berkata:"Zubair itu pernah membeli tanah Ghabah dengan harga seratus tujuhpuluh ribu." Tanah Ghabah lalu dijual oleh Abdullah dengan harga sejuta enam ratus ribu, kemudian ia berkata - kepada umum -: "Barangsiapa yang merasa memberikan hutang kepada Zubair, hendaklah suka kamu lunasi dengan perhitungan harga tanah Ghabah." Kemudian datanglah Abdullah bin Ja'far dan ia pernah memberi hutang kepada Zubair sebanyak empat ratus ribu. Abdullah bin Ja'far berkata kepada Abdullah bin Zubair: "Jikalau anda suka, hutang itu saya tinggalkan untuk anda - yakni tidak usah dikembalikan."

Abdullah bin Zubair berkata: 'Tidak-yakni hutang itu akan dilunasi." Abdullah bin Ja'far berkata: 'Sekiranya anda suka, pelunasan itu hendak anda belakangkan juga boleh anda belakangkan - yakni tidak tergesa-gesa dikembalikan." Abdullah bin Zubair menjawab: "Jangan - yakni akan segera dilunasi." Katanya lagi: "Kalau begrtu., potongkan sajalah sebahagian dari tanah Ghabah itu!" Abdullah bin Zubair berkata: "Untuk anda ialah tanah dari batas ini sampai ke batas itu." Dengan demikian Abdullah bin Zubair telah menjual sebagian tanah Ghabah itu dan ia melunasi sebagian hutang ayahnya.

Kini yang tertinggal ialah empat setengah bagian. Ia datang kepada Mu'awiyah dan di sisinya terdapatlah Amr bin Usman, Mundzir bin Zubair dan Ibnu Zam'ah. Mu'awiyah bertanya padanya: "Berapa diperkirakan harga tanah Ghabah itu?" Abdullah berkata: "Tiap sebagian berharga seratus ribu." Ia bertanya pula: "Kini tinggal berapa bagiannya." Jawabnya: "Empat setengah bagian." Mundzir bin Zubair berkata: "Baiklah, untuk saya ambil satu bagiannya dengan harga seratus ribu." Amr bin Usman juga berkata: "Saya ambil satu bagiannya pula dengan harga seratus ribu." Ibnu Zam'ah juga berkata: "Saya ambil satu bagiannya dengan harga seratus ribu." Selanjutnya Mu'awiyah berkata: "Berapa bagian kini yang tertinggal?" Jawabnya: "Satu setengah bagian." Ia berkata: "Baiklah, saya ambil satu setengah bagian dengan harga seratus limapuluh ribu." Abdullah bin Zubair berkata: "Abdullah bin Ja'far menjual bagiannya kepada Mu'awiyah dengan harga enamratus ribu."

Setelah Abdullah bin Zubair menyelesaikan pelunasan hutang ayahnya, lalu anakanaknya Zubair berkata: "Bagikanlah bagian warisan kita masing-masing." Tetapi Abdullah bin Zubair menjawab: "Demi Allah, saya tidak akan membagi-bagikan itu antara engkau semua, sehingga saya memberitahukan secara umum pada setiap musim, yakni selama empat tahun,yaitu dengan ucapan: "Ingatlah, barangsiapa yang pernah memberikan hutang kepada Zubair, hendaklah datang di tempat kita dan kita akan melunasinya." Demikianlah setiap tahunnya padawaktu musim haji itu diumumkan pemberitahuannya.

Setelah selesai empat tahun, lalu harta warisan itu dibagi-bagikan antara anakanaknya Zubair dan dikurangi sepertiganya. Zubair ketika wafatnya mempunyai empat orang isteri, maka setiap isteri itu memperoieh sejuta duaratus ribu. Jadi semua harta Zubair itu ialah limapuluh juta duaratus ribu.
(HR. Bukhari)
Klik Di Sini
•[Daftar Isi]•
[Bab 24]•[Bab 26]•
kx2bab-eaxeexka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar